Skip to main content

Posts

Lagi Baca Buku Apa?

Malang, 29 April 2018 My Collections Aku rindu! Kalau kata Dilan rindu itu berat, bagiku rindu itu anugerah. Mungkin tulisan ini gak bakal ada kalau aku gak rindu. Ya, aku kangen banget corat-coret di sini lagi. Sudah sebulan lebih ternyata. Bukannya sudah enggak aktif nulis lagi. Hanya saja sekarang lebih sering update tulisan di Insta Story setelah tumblr diblokir pemerintah. Ya sudahlah. Kali ini cuma pengen cerita sedikit sih tentang buku. Kan masih dalam suasana World Book Day nih tanggal 23 April 2018 kemarin. Topik kayak gini gak akan pernah basi kan? Apalagi bagi kalian para pecinta literasi. Just like me! Akhir-akhir ini aku lagi maraton baca fantasy series. Supernova dan The Mortal Instruments are series I’ve been reading these past 2 weeks. Ada juga Aroma Karsa novel baru karya Dee si empunya Supernova yang aku babat habis dalam waktu 3 hari. Wew... tumben kalap gini pas lagi baca. Siapa sih yang enggak tahu Supernova? Series ini udah jadi legenda...

Women Do Matter

Malang, 08 Maret 2018 How significant are women in this world? As unimportant as a spec of a dust? Or as important as the air we breathe? In many countries, women have their own freedom to pursue their life, to be what they dream of, to go wherever they want, and to have their own basic rights. We can see a lot of great women raise up, speak up, and act. They become teachers, doctors, politicians, leaders, and the best mothers for their children. Yet, not all women are as lucky as they are. There are a lot more women who are badly oppressed and treated just because plenty of people out there think women’s main functions are just giving birth, taking care of kids, and cooking meals. As a girl who has lived in a conservative society, I’ve seen and experienced being judged by those who think women are insignificant. People keep saying that girls don’t need good and high education since they eventually will end up at the kitchen, serve meals to family, give birth, and change diap...

Hargai Mereka yang Berjuang

Malang, 31 Januari 2018 Everyone is doing their best. Itu adalah hal pertama yang terlintas di benakku saat aku keluar rumah. Semua orang sedang berusaha menjalani hidup mereka dengan menekuni profesi masing-masing. Ada bapak-bapak ojek online sedang istirahat melepas penat dan beberapa sedang menunggu calon penumpang. Ada petugas kebersihan mengumpulkan sampah di tengah teriknya matahari. Ada pula bapak tua penjual jipang keliling yang baru saja turun dari angkot dengan barang dagangannya yang masih menumpuk. Banyak lagi yang ku lihat sedang berjuang untuk menghidupi diri dan orang-orang yang menunggu di rumah. Berjuang untuk apa yang kita sebut sebagai hidup. Takdir dan nasib memang sudah tertulis. Apapun yang sudah, sedang, dan akan terjadi, semua berdasarkan keputusan-Nya. Namun, apakah itu berarti manusia harus berdiam diri tanpa berusaha untuk menjalani hidup dengan lebih baik? Ada salah satu ayat suci Al Quran yang memiliki arti Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kau...

Konsep Waktu

Malang, 16 Desember 2017 “Adakah suatu tempat di dunia ini yang tak mengenal konsep waktu? Tempat dimana masa lalu tak akan menghantui dan masa depan tak mampu menakuti diri. Dunia impian dimana masa kini tidak mengingkari apa yang diinginkan hati.” ucapku. Tak ku harapkan jawaban langsung darinya karena aku sudah tahu jawaban apa yang kan ku dapat. Ku pandangi halaman 195 novel Brida karya Paulo Coelho tanpa benar-benar ku baca apa isinya. Pikiranku tak ada disana. “Sebenarnya apa itu konsep waktu menurutmu? Matahari terbit sampai matahari terbenam? Lahir lalu kemudian berakhir? Hidup lalu mati? Kalau memang seperti itu, dunia impian yang kamu cari bukan disini. Mungkin kamu bisa menemukannya ketika waktumu di dunia ini sudah berakhir. Kamu harus mati.” “Benar kan?” pikirku. “Lalu, bagaimana caranya supaya tak terjebak oleh waktu? tanyaku lagi. “Ketakutan masa lalu? Keraguan masa depan? Kebimbangan untuk menjalani masa kini? Aku tidak tahu harus bagaimana. Semua terla...

Dimana Diri

Malang, 12 Desember 2017 West Bali National Park - where I wanna be at the moment Ku dengarkan setiap suara dalam nada kekecewaan. Udara dalam ruang sekejap terasa sesak. Berpasang mata melirik ke kanan dan ke kiri mencari alasan. Demi melarikan diri dari disalahkan. Tak ingin berpihak. Tak ingin terlibat. Tak ingin jadi sasaran. Tak ingin termakan amarah. Tak ingin menjadi boneka. Tak ingin terjebak dalam pikiran dan emosi gelap, yang sejatinya bukan ku punya. Tetapi tertaut dalam frekuensi benak dan jiwa. Atas apa yang ditolak batin dan akal. Namun tak dapat terungkapkan oleh lidah. Hanya ingin diam. Bebas. Tak merasa apa-apa. Hilang. Pergi. Jauh dari sini. Dimana ku temukan diri. Oh Tuhan, ini tak mudah. Ini dimana? Tak ku temukan diriku disana. Dimana seharusnya waktuku berharga. 

Cerita Angka

Malang, 30 November 2017 1 sampai 10 telah pergi, dan 11 kan mengikuti, terlepas dari pegangannya, meninggalkan 12 sendiri, menjadi akhir dari 17. 12 bersiap menutup pintu. Berat rasanya menoleh ke balik pintu itu. Apa saja yang sudah aku lakukan? Kemana saja masa yang aku habiskan? 18 di depan mata, dengan segala ketidakpastian, memeluk diri dengan segala harapan, walau ragu masih kuat terasa dalam raga. Apakah semua akan baik-baik saja? Kemana waktu kan membawa? Adakah tangan yang kan terulur? memeluk dan menuntun diri menuju rahmat-Mu? Danau Tamblingan - Bali Banyuwangi dari Selat Bali

Hi! I'm 25!

Malang, 18 November 2017 Sering ketika masih kecil, aku membayangkan “Kira-kira kalau aku sudah berusia 25 tahun, aku bakal jadi kayak apa ya? Apa yang akan aku lakukan? Apakah aku masih tinggal bersama kedua orang tuaku di Bali? Apakah aku sudah menikah dan memiliki keluargaku sendiri? Anak? Seperti apakah penampilanku? Apakah aku masih pendek?” Melihat diriku yang berusia belasan tahun dan membayangkan hal-hal seperti itu saat ini, aku jadi geli sendiri. Kenapa? Ya karena apa yang aku bayangkan dulu ternyata tidak sama dengan apa yang aku alami saat ini, ketika aku sudah berusia 25 tahun. Melihat kembali tahun-tahun yang telah aku lewati selama ini, rasanya seperti menonton film bisu. Gambaran dan angan-angan masa kecil. Impian dan harapan yang terwujud dan pupus. Tangis dan tawa yang sudah ku bagi dan ku dapat. Semua berputar dan menyadarkanku sudah banyak yang aku alami selama 25 tahun aku berada di dunia. Ternyata semua terasa berbeda dengan apa yang selalu aku bayangkan....

facade

Malang, 27 Oktober 2017 It’s funny, time flies but still leaves its trace. Memories feel like playing the movie roll and take me back in time. Every scene is a reverie. Everything seems like a dream. Is it real? Or is it just a daydream? They come back, pieces of recollection I had. Tears and laughs overwhelm my reason as I watch. Compassion and hatred engulf my self-defence everytime I close my eyes. Can I just run away? Far and far away? Is there such a thing named future? Future of my past? I’m afraid... It’s just an idea. One day...somewhere...

Walk and Learn

Malang, 16 Oktober 2017 Have you ever felt like there is an urge within yourself that tells you to go out of your cozy bedroom and see the world out there? Even when your sense keeps telling you to stay on your dreamy bed with thought-provoking novels and calming music ready to take you on an adventurous journey? For someone who likes staying at home so much, thing like that might appear and it’s inevitable sometimes. When it comes, never deny it. Because it’s the way the universe invites you to see broader pictures of what our world has. I love my bedroom so much. It’s my sanctuary where my precious treasure lies. It’s also a place where I can express myself in writing and playing music without bothering getting too much attention from people. However, I don’t know why, I got a feeling that I want to go outside eventhough I knew that it’s so hot and crowded out there. After thinking and fighting with my inner self for quite some time, I decided to go outside and take a wa...

Reverie | Jogjaa

Malang, 11 Oktober 2017 Jogjakarta, a special city of million memories. Who would disagree with that? The vibe, view, specialties, people, attractions, and cultures have taken everyone’s heart. Yours? Haha my heart has been taken by this city since long time ago. I would never get enough of it. Why? Like the others, I have uncountable priceless memories there. All my life, I’ve been to Jogja for 5 times. The first time was when I was just 9. My parents took me there to attend my first brother’s graduation in UGM. For a little girl who never stepped out of Bali island for other city but Malang, going to Jogja was really something. It took almost a day and a night to get there by bus. But, I was so excited. I never stopped wondering how cool that city is. “Will it be like what I watch on TV and my brothers’ stories? How about Malioboro and the Mall? Is the fortress really that big and old?”. I still remembered the morning I arrived at the bus station. I saw a lot of “laron” flyi...