Aku pikir pelajaran paling berharga yang aku dapatkan selama merantau ke Amerika Serikat adalah mengatur ekspektasi. Sejak awal mendaftar program Fulbright FLTA pada tahun 2023 lalu hingga saat ini mengajar dan kuliah di Indiana University Bloomington sudah tidak terhitung rasanya kejutan demi kejutan yang kutemui. Kesabaran selalu diuji. Ketahanan finansial kadang bikin miris. Kesehatan fisik dan mental tak luput digerogoti. Terdengar berlebihan? Bisa jadi.
![]() |
Snowdrop - I thought it was Spring already. Winter is so long~ |
Jika konten romantisasi kuliah luar negeri menjadi apa yang orang-orang di luar sana konsumsi mungkin saja tulisanku ini sulit dipercaya. “Kelihatannya jalan-jalan doang tuh kegiatannya? Foto-foto estetik di tempat-tempat ikonik pula.” Ya tidak salah juga sih jika ada yang berpendapat demikian karena bukankah sebagian besar apa yang dilihat di media sosial adalah yang bagus-bagus aja? Ada berapa banyak sih jumlah tulisan dan konten di jagat internet yang memuat duka mahasiswa internasional dengan permasalahan yang mereka hadapi? Apakah sebanding dengan jumlah konten study abroad aesthetic yang sliweran di feed kalian? Ekspektasi orang-orang mengenai kuliah di luar negeri bukannya lebih banyak enaknya doang? Yang tidak enak seberapa sering sih dibahas?
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia atau KBBI, ekspektasi adalah pengharapan atau harapan yang kita miliki tentang sesuatu yang akan terjadi. Yang namanya harapan biasanya berkonotasi positif. Rasanya tidak ada yang mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi. Namun, menurutku ekspektasi bersifat netral karena dalam Bahasa Inggris sendiri expectation berarti a strong belief that something will happen or be case in the future (Oxford Languages). Jika diterjemahkan secara kasar ekspektasi berarti keyakinan yang kuat bahwa sesuatu akan terjadi di masa depan. Jadi, bisa saja ekspektasi ini bersifat positif atau negatif.
Aku sama sekali tidak berekspektasi akan menulis tulisan ini. Pada awalnya aku berniat untuk menuliskan pengalamanku menjalani bulan Ramadan pertamaku di luar negeri. Apalagi tempat tinggalku dekat sekali dengan Islamic Center of Bloomington jadi ada banyak sekali hal yang ingin aku bagikan. Namun ternyata, tepat pada tanggal 28 Februari 2025, tepat sehari sebelum Ramadan 1446 H, hal yang tidak pernah semua mahasiswa di bawah naungan beasiswa Fulbright harapkan terjadi. Uang saku bulan Maret 2025 yang seharusnya kami semua terima secara utuh sebelum bulan Februari berakhir hanya diberikan sebesar 25%. Bahkan ada beberapa di antara kami yang belum menerima uang saku sama sekali. Apa yang terjadi? Lagi-lagi ekspektasi kami diuji.
![]() |
Magnolia buds - IU Bloomington |
Jika kalian semua ingin mengetahui apa yang terjadi kalian bisa mencari tahu sendiri di internet dengan kata kunci funding freeze. Tulisanku tidak akan membahas hal ini secara detail karena aku sendiri tidak tahu harus memulai dari mana dan semua ini sangat membingungkan. Segalanya tidak pasti. Media massa masih memberitakan perkembangan situasi sulit ini. Namun, intinya adalah Presiden Donald Trump dengan pihak administrasinya membekukan pendanaan State Department untuk program beasiswa seperti Fulbright dan beberapa skema beasiswa lainnya. Alhasil seluruh penerima beasiswa Fulbright yang masih aktif saat ini terkena imbasnya termasuk aku.
Alhamdulillah saat ini aku baik-baik saja. Ada beberapa bantuan dana darurat yang sudah aku ajukan jadi untuk sementara sambil menunggu perkembangan situasi ini aku tidak perlu khawatir. Berbagai pihak baik dari supervisorku, Office of International Services IU Bloomington, KJRI Washington DC, dan AMINEF/Fulbright Indonesia juga sudah berusaha membantu. Tempat tinggalku dekat dengan masjid jadi untuk soal makanan Allah SWT sudah memberi rejeki Ramadan yang melimpah. Aku tidak perlu membayar sewa dan tagihan tempat tinggal karena semua sudah diatur oleh pihak IU Bloomington.
Yang membuatku tidak habis pikir adalah betapa mudahnya bagi pihak administrasi presiden yang baru untuk membuat kebijakan yang tidak hanya merugikan mahasiswa internasional tetapi mahasiswa Amerika Serikat sendiri yang sedang menjalani studi di negara lain. Mahasiswa internasional masih bisa dibantu oleh kedutaan besar dan konsulat jenderal negara masing-masing. Kalau mahasiswa Amerika Serikat sendiri bagaimana? Kenapa tega sekali dengan warga negara sendiri? Kepada mahasiswa negara mereka sendiri saja mereka seperti ini apalagi ke mahasiswa internasional? Kok bisa dan kenapa? Apalagi seluruh penerima beasiswa Fulbright telah menandatangani kontrak yang sah dan legal, kenapa semudah itu diabaikan? Bagaimana para mahasiswa ini akan membayar sewa tempat tinggal dan tagihan dengan uang saku yang tidak mencukupi? Bagaimana mereka akan bertahan hidup?
Ekspektasiku menjalani dua bulan terakhir di Amerika Serikat dengan aman dan nyaman buyar sudah. Saat ini aku lebih banyak mempersiapkan diriku untuk kemungkinan terburuk yaitu tidak menerima uang saku hingga Mei 2025 dan dipulangkan lebih awal dari perjanjian kontrak beasiswa. Sekali lagi, tidak ada yang tidak mungkin. Yang bisa aku lakukan saat ini adalah mengatur ekspektasi. Aku tidak ingin menghabiskan waktu dan tenagaku untuk mengurusi hal-hal yang tidak bisa aku kontrol. Jadi aku memilih untuk fokus pada diriku sendiri, satu-satunya hal yang ada dalam kendaliku. Aku tetap menjalankan peranku sebagai pengajar BIPA dan mahasiswa di IU Bloomington. Aku berusaha untuk berfungsi dengan baik di tengah ketidakpastian ini.
Aku berharap funding freeze dihentikan sesegera mungkin dan seluruh penerima beasiswa Fulbright mendapatkan hak mereka secara adil. Ekspektasiku amat tinggi mengenai hal ini karena jika tidak terwujud maka betapa besar dampak buruk yang diakibatkan oleh kebijakan yang tidak masuk akal ini. Tidak hanya merugikan penerima beasiswa namun hubungan bilateral negara-negara asing dengan Amerika Serikat pun bisa memburuk. Para penerima beasiswa Fulbright adalah figur profesional dan akademisi dari berbagai negara dengan jejak rekam pendidikan dan pengalaman yang luar biasa. Tidak seharusnya kami semua diperlakukan secara tidak manusiawi seperti ini.
Sekali lagi, yang bisa aku lakukan saat ini adalah mengontrol diriku sendiri. Oleh karena itu, aku melakukan apa yang bisa aku lakukan yakni berdoa dan berusaha. Yuk Fulbrighters perbanyak lagi doa-doa baik demi kesejahteraan kita semua selagi bulan Ramadan. InsyaAllah segalanya akan baik-baik saja. Semoga masa-masa sulit ini segera berakhir. Berikanlah hidayah bagi bapak presiden AS ini Ya Rabb! Lapangkanlah hatinya untuk mengakhiri kebijakan yang merugikan ini. Amin.
Comments
Post a Comment