Apa kabar kalian? Wah, tidak terasa sudah 2025 ya sekarang.
One snowy day in January 2025 |
Setiap pergantian tahun ada kata-kata yang selalu aku ingat. Entah pernah aku dengar dari mana kata-kata ini. Ia berbunyi “Days are long. Years are short.” Hari-hari terasa panjang namun tahun demi tahun terasa sebentar. Apakah kalian berpikiran yang sama? Jika tidak pun tidak apa-apa. Namun, bagiku dua kalimat tersebut benar adanya. Hari demi hari berjalan seperti biasa eh tiba-tiba sudah berganti bulan lalu tahun. Rasanya Januari 2024 lalu aku masih sibuk bekerja, persiapan olimpiade anak-anak, main sama kucing-kucing di rumah, eh sekarang sudah Januari 2025 dan aku sedang berjibaku dengan dinginnya kota Bloomington, Indiana. Banyak yang sudah terjadi selama 12 bulan terakhir ternyata. Alhamdulillah, aku masih bertahan hidup dan menjalaninya dengan baik.
Per tanggal 13 Januari 2025 minggu lalu, perkuliahan Spring 2025 resmi dimulai. Nuansa perkuliahan di tengah musim dingin ini terasa amat berbeda dengan Fall 2024 kemarin. Seluruh penjuru kampus Indiana University Bloomington berselimut salju sisa badai musim dingin yang terjadi pada tanggal 5 dan 10 Januari 2025. Tebalnya salju bukan main lho. Kedua kakiku tenggelam dalam tumpukan salju setiap kali aku berjalan di jalanan yang saljunya belum dibersihkan. Wajar saja karena ketinggian salju bisa mencapai 17 cm. Setiap hari suhu udara di luar hampir selalu dibawah 0 derajat Celsius. Apalagi di minggu ketiga Januari ini. Suhu terendah bisa mencapai -17 derajat Celsius. Kebayang gak dinginnya kayak apa? Bayangkan kalian berada di dalam mesin pendingin frozen food. Ya seperti itulah hari-hari musim dingin di sini. Makanya hampir semua orang selalu mengenakan pakaian yang hangat saat keluar rumah. Aku sendiri selalu memakai winter coat, syal, sarung tangan, dan winter bootsku saat harus ke kampus, perpustakaan, atau ke supermarket. Jangan sampai kena frost bite atau hipotermia deh. Repot juga kalau sampai sakit di negara yang fasilitas kesehatannya mahal ini.
Indiana University Bloomington in January 2025 |
Walaupun usaha untuk bertahan hidup di musim dingin ini cukup melelahkan, aku akui pemandangan yang tersaji di depan mata sungguh luar biasa cantiknya. Hamparan salju putih nan berkilauan di bawah sinar matahari yang cerah dan langit biru terlihat sungguh menawan. Rasanya seperti berada di negeri ajaib yang sering aku baca ketika aku masih kecil dulu. Apalagi momen di saat salju turun dan mendarat di jaketku. Aku bisa melihat dengan jelas berbagai bentuk unik dan cantik keping salju. Ternyata apa yang ditunjukkan Elsa dalam film Frozen itu nyata. Keping salju dengan ukuran sekecil itu terlihat amat simetris dan sempurna. MasyaAllah. Sungguh Maha Besar Allah dengan segala ciptaan-Nya.
pretty snowflakes |
Entah sudah berapa ratus foto dan video pemandangan musim dingin yang aku tangkap dengan kamera gawaiku. Aku tidak pernah bosan memandanginya. Aku tidak tahu kapan lagi aku bisa berada di Amerika Serikat dengan 4 musimnya. Jadi selagi masih di sini aku memanfaatkan waktu yang kumiliki untuk merekam apa yang kulihat ke dalam memoriku. Selain itu, aku sedikit berharap pemandangan yang aku tunjukkan di akun media sosialku bisa mendorong keluargaku dan siswa-siswiku di Indonesia untuk berimajinasi bahwa suatu hari nanti mereka pun bisa merasakan pengalaman yang sama. Entah bagaimana caranya dan kapan aku serahkan semuanya pada mereka dan ketentuan Allah SWT. Saat ini yang penting berimajinasi saja dulu. Lalu sedikit demi sedikit berusaha untuk mewujudkan imajinasi tersebut menjadi kenyataan. Sudah banyak yang membuktikan bahwa imajinasi menjadi kunci untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Keberadaanku di sini pun berkat imajinasi yang aku wujudkan dengan usaha dan doa. Dibayangkan saja dulu, InsyaAllah akan ada saja jalan menuju ke sana. Amin.
Mengawali semester baru ini, aku memutuskan untuk lebih fokus dan serius dengan kelas BIPA Intermediate dan dua kelas audit yang aku ambil. Keputusan ini aku ambil karena aku tidak puas dengan apa yang aku lakukan di semester gugur 2024 lalu. Aku akui bahwa di semester kemarin aku lebih banyak bingungnya. Banyak momen di mana aku tidak tahu harus apa. Proses adaptasi dengan Amerika Serikat juga memakan kapasitas otak dan waktuku. Fear of Missing Out atau FOMO selalu menghantuiku. Rutinitas ibadahku tidak teratur. Aku merasa hidupku tidak tertata dengan baik. Singkat cerita, aku tidak bisa membangun fungsi dan sistem kehidupan yang aku harapkan.
Sebagai orang yang biasa disiplin dan teratur, ketidakteraturan sangat menggangguku. Oleh karena itu, aku berusaha untuk menerapkan keteraturan itu kembali sejak tahun 2025 dimulai. Aku memilah dan memilih prioritas. Aku tidak sembarang mengikuti kegiatan pertemanan. Jika aku tidak nyaman dengan obrolan dan lingkungan pertemanan tersebut aku memilih untuk pergi. Apalagi jika kegiatan pertemanan ini menyita waktu ibadahku. Sejujurnya, aku malas sekali menjelaskan kenapa aku harus sholat 5 waktu setiap kali aku diajak keluar. Oleh karena itu, jika ada yang mengajakku makan di luar di waktu-waktu sholat aku sering kali menolaknya dengan sopan. Jadi jika kalian adalah salah satu orang yang tawarannya aku tolak, mohon dimaklumi ya. Aku sangat merasa bersalah jika aku harus melewatkan waktu sholat hanya untuk kongkow-kongkow dan ngobrol ngalur ngidul. Sholat 5 waktu itu wajib. Jadi, aku sangat memprioritaskannya di mana pun aku berada.
Berkaitan dengan ibadah, aku bahkan sampai sengaja mencari dua kelas audit yang jam kuliahnya tidak memenuhi jam sholat. Jadi ada dua kelas audit yang aku ambil di semester semi yaitu Language Learning Technology dan Global Narratives: Diversity and Multiculturalism in The US. Kedua kelas tersebut memiliki jadwal dua kali dalam seminggu dengan durasi 75 menit per pertemuan. Kelas Language Learning Technology pada pukul 11.10-12.25 lalu dilanjutkan dengan kelas Global Narratives pada pukul 12.45-14.00. Jadi setelah selesai kelas aku ada waktu untuk sholat Dzuhur di rumah atau di kantor jika waktu mepet. Ada pengalaman unik di pertemuan kedua kelas Global Narratives kemarin. Jadi alarm sholat dzuhurku berbunyi pada saat kelas sedang berlangsung. Aku kaget dan ada perasaan takut jika alarmku mengganggu proses perkuliahan. Tetapi aku tidak mau mematikan alarmku karena alarm sholatku adalah bunyi adzan. Di tengah suasana kelas yang agak canggung karena mahasiswa lain juga mendengar alarmku yang terjadi justru mengejutkan. Tiba-tiba Ibu Dosen berhenti menjelaskan dan berkata sambil tersenyum “If you want to pray, go ahead. Take your time. I believe there is a special room for that in this building.” Alhamdulillah! Ya Allah, pengertian sekali Bu Dosen ini. Karena waktu dzuhur masih banyak jadi aku memilih untuk melanjutkan kelas dan melaksanakan sholat setelah kelas usai.
Walaupun aku hanya mengambil kelas sebagai auditor, aku berharap pengetahuan dan pengalaman dari kedua kelas tersebut membantuku untuk mengembangkan karir dan pendidikanku ke depannya. Aku masih tidak tahu apakah setelah program Fulbright FLTA ini selesai aku akan meneruskan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi atau tidak. Apakah aku akan mengejar beasiswa S2 ke benua yang lain atau mungkin berkarir di luar negeri? Aku belum menemukan jawaban yang pasti. Namun satu hal yang aku tahu, aku sangat menikmati dunia akademisi. Aku suka membaca artikel-artikel yang terkait dengan bidang pendidikan bahasa. Aku menikmati diskusi berbobot dengan dosen dan teman sekelasku. Aku senang mendengarkan mereka membahas penelitian menarik mereka. Dunia seperti inilah yang membuatku merasa aku bisa menjadi diriku sendiri.
Jika aku mengingat tahun-tahun di mana aku harus berkutat dengan kertas, komputer, dan data-data administrasi sekolah sebagai staf administrasi, aku sungguh tidak ingin kembali ke masa-masa itu. Aku merasa tidak seharusnya aku berada di sana. Aku tidak ingin menghabiskan masa hidupku melakukan pekerjaan yang sejak awal tidak aku sukai. Aku tidak ingin terus-menerus berpura-pura menjadi orang lain. Aku pun berusaha mencari jalan bagaimana caranya untuk bisa keluar tanpa harus menyakiti diriku sendiri dan orang-orang di sekitarku. Sampai pada akhirnya aku memberanikan diri untuk mendaftar program Fulbright FLTA di awal tahun 2023. Qodarullah, Allah SWT mewujudkan doa-doa dan usahaku hingga aku berada di posisiku saat ini. Sejak saat itu aku berani untuk lebih jujur pada diriku sendiri. Dunia akademisi adalah duniaku. Aku ingin selalu dikelilingi oleh pengetahuan, penelitian, dan proses belajar-mengajar. Aku ingin membantu lebih banyak siswa lagi untuk menguasai bahasa asing. Bidang inilah yang memberikanku sense of purpose.
Semoga tulisan ini menjadi pembukaan yang positif untuk memulai tahun 2025. Terima kasih untuk kalian semua yang meluangkan waktu berharga kalian untuk membaca tulisan-tulisanku di blog ini. Aku harap sedikit banyak tulisanku bermanfaat terutama untuk kalian yang berminat mengikuti program Fulbright FLTA atau kuliah di luar negeri. Semoga ada lebih banyak kabar baik ya untuk kita semua di tahun ini. Amin. Semangat!
PS : Selama Januari 2025 aku lebih aktif menulis di akun instagram @cerita.zaturania karena aku sedang mengikuti tantangan menulis dari @30haribercerita. Jadi bagi kalian yang berminat boleh membaca tulisanku di @cerita.zaturania ya! See you there!
Comments
Post a Comment