Bagaimana tahun 2024 berjalan? Apakah segalanya berjalan dengan baik-baik saja? Atau dihiasi dengan badai yang datang silih berganti? Adakah air mata yang tumpah tahun ini? Adakah senyum dan tawa meramaikan hari-hari? Warna-warni sekali ya sepertinya tahun 2024. Apapun itu yang terjadi ya sudah terjadi. Ada yang dirayakan. Ada yang patut dikenang. Ada yang harus disyukuri. Ada pula yang perlu diikhlaskan saja. Ada yang sebaiknya dilupakan. Untuk melupakan yang menyakitkan mungkin perlu waktu yang tidak singkat. Untuk menyembuhkan luka batin butuh usaha yang cukup ekstra. Aku percaya bahwa segalanya terjadi bukan tanpa alasan. Aku yakin suka dan duka di sepanjang tahun 2024 memiliki hikmahnya sendiri. Wah, 2024 benar-benar akan berakhir ya? Sudah banyak sekali yang terjadi ternyata.
Adakah satu kata yang cocok untuk mendeskripsikan tahun 2024 secara keseluruhan? Rasanya satu kata tidak cukup untuk mewakili segala pasang surut yang terjadi selama dua belas bulan terakhir. Tetapi, jika aku harus memilih, satu kata itu adalah syukur. Di tengah huru-hara yang terjadi sepanjang tahun ini, aku bersyukur segalanya baik-baik saja. Di kala harus meninggalkan keluarga dan sanak saudara pergi ke benua sejauh empat belas ribu kilometer dari Indonesia, langkahku dimudahkan oleh Allah SWT. Ketika diri sendiri merasa tidak aman di negeri orang, entah bagaimana caranya pertolongan selalu datang dari mereka yang bahkan tidak aku kenal. Di tempat baru aku bersyukur dikelilingi oleh orang-orang baik. Aku hidup berkecukupan. Jiwa dan ragaku disehatkan. Di saat iman diuji dengan berbagai godaan duniawi, selalu saja ada yang mengingatkan diri ini untuk tidak terbawa arus. Apakah ini salah satu perwujudan dari doa-doa yang ibuku panjatkan di setiap sepertiga malam dan setiap saat untuk putrinya yang saat ini sedang merantau jauh di belahan bumi yang lain? Bukankah ini adalah sebuah bukti nyata rasa cinta dan sayang Allah SWT padaku? Dengan sebegitu banyaknya berkah dan kemudahan yang aku terima, aku sadar aku harus lebih banyak bersyukur.
Liberty Statue - December 2024
Tepat di tahun 2024 aku genap berusia 32 tahun. Usia yang ku kira sudah cukup layak untuk dikatakan tua walaupun banyak yang bilang aku terlihat sama saja seperti 10 tahun yang lalu. Terima kasih. Aku anggap ucapan tersebut sebagai doa dan pujian. Sejujurnya, aku merasakan perbedaan yang lumayan signifikan dengan usiaku yang sudah kepala tiga ini. Bahkan aku merasa geli sendiri jika teringat bagaimana diriku dulu di usia dua puluhan. Saat itu aku belum bisa memilah dan memilih prioritas. Masih mudah terbawa pengaruh teman dan lingkungan. Mudah tersulut emosi jika mendengar hal-hal yang bertentangan dengan idealisme pribadi. Terlalu memikirkan apa yang orang lain utarakan. Sulit mengekspresikan diri lewat ucapan. Tidak tahu mau apa. Di usia awal tiga puluhan pun masih sering menghadapi hal yang sama. Namun, saat ini aku merasa aku lebih mantap dengan apa yang aku percayai. Aku tahu kapan harus memprioritaskan diri sendiri dan kapan harus mengesampingkan ego. Aku lebih memahami apa yang ingin aku lakukan dengan hidupku. Aku bisa lebih memilih orang-orang seperti apa yang cocok untuk aku jadikan teman. Memang semakin bertambah usia lingkaran pertemanan semakin kecil. Ini adalah hal yang normal. Namun, aku tidak menganggap itu sebagai masalah. Selama orang-orang yang berada di sekitarku bisa menjadi teman dan kolega yang baik walaupun jumlahnya hanya sedikit tidak apa-apa. Itu sudah cukup bagiku yang seorang introvert.
Aku masih belum terbayang tahun 2025 akan seperti apa. Pastinya separuh tahun 2025 akan aku habiskan di Amerika Serikat hingga program Fulbright FLTA yang aku jalankan berakhir di pertengahan tahun. Tidak terasa ya. Sudah empat bulan lamanya aku berada di Bloomington, Indiana. Alhamdulillah, aku bisa menjalaninya dengan baik. Ngomong-ngomong, adakah resolusi 2024 yang terwujud? Entahlah. Aku tidak ingat pernah membuat resolusi di awal tahun 2024. Hari-hariku di permulaan tahun ini dipenuhi dengan persiapan keberangkatanku ke AS. Semua bisa kalian baca di postinganku sebelumnya. Lalu, apakah aku akan membuat resolusi tahun 2025? Aku pikir tidak. Walaupun aku suka menulis jurnal, aku tidak suka menulis resolusi atau yearly plan. Aku membiarkan semua mengalir begitu saja. Mungkin karena aku bukan tipe orang yang ambisius. Jadi, aku tidak begitu memikirkan apa yang akan aku lakukan selama setahun ke depan. Jika diingat waktu aku mendaftar program Fulbright FLTA di awal tahun 2023, aku juga spontan saja mendaftar tanpa ada perencanaan di tahun-tahun sebelumnya. Aku kira merencanakan sesuatu terlalu detail bukanlah proses yang aku nikmati. Jadi, tidak ada resolusi khusus untuk tahun 2025 teman-teman!
Terakhir, terima kasih Ya Allah atas segala rezeki dan berkah yang hamba terima di sepanjang tahun 2024. InsyaAllah tahun depan, hamba-Mu ini akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Amin. Selamat tinggal 2024! Terima kasih sudah menghiasi hidupku dengan warna-warnimu. Terima kasih atas segala pelajaran berharga yang InsyaAllah tidak akan aku lupakan, termasuk tragedi gas air mata di satu malam di bulan Oktober 2024 itu.
Comments
Post a Comment