Tepat pada tanggal 15 November 2024 lalu, secara resmi aku sudah tinggal di Amerika Serikat selama 3 bulan. Kesannya belum lama ya? Jangan salah. Terasa lho setiap hari yang aku lewati di sini.
Beberapa stiker Bahasa Indonesia yang ada di kantorku.
Sejauh ini ada banyak sekali momen berharga yang aku alami dan aku syukuri. Walaupun aku masih harus berjuang dengan cuaca yang membuatku sering mimisan namun aku tetap menikmati hari-hariku di kota Bloomington, Indiana. Kapan lagi kan bisa berada di kota yang bahkan tidak pernah terlintas sebelumnya dalam benakku bahwa aku akan ke sini. Padahal aku memiliki dan sudah membaca buku kumpulan cerpen karya Bapak Budi Darma yang berjudul “Orang Orang Bloomington” pada tahun 2016 lalu. Ya walaupun aku tidak begitu menyukai apa yang aku baca di buku tersebut tetapi tetap saja aku tidak pernah berpikir akan merantau sejauh ini apalagi membayangkan diriku menjadi pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) untuk mahasiswa Indiana University Bloomington. Wallahu A’lam, entah apa yang Allah SWT rencanakan untuk umat-Nya satu ini.
Sudah tiga bulan kelas Bahasa Indonesia level Intermediate-ku berjalan dan Alhamdulillah keraguan dan ketakutanku mereda. Aku sudah lebih percaya diri untuk mengajar di kelas dan berinteraksi dengan keempat siswaku. Bisa berada di posisi ini tentunya dengan adanya usaha dan perubahan yang aku lakukan. Seperti yang tertulis dalam Al Quran Surah Ar-Rad ayat 11 yang menyatakan bahwa Allah SWT tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Aku merasa akulah yang seharusnya beradaptasi dengan keadaan bukannya pasrah dengan kebingungan dan ketakutan yang aku rasakan.
Proses adaptasi dengan peran ini sesungguhnya dimudahkan oleh siswa BIPA IU yang saat ini belajar bersamaku. Aku bersyukur keempat siswaku amat baik, kooperatif, dan sopan. Pertemuan pertamaku di kelas terasa canggung memang namun setelah sering ketemu, ngobrol, dan berdiskusi tentang berbagai hal mengenai Amerika Serikat dan Indonesia pada akhirnya kami bisa nyaman dengan satu sama lain. Proses belajar mengajar pun terasa mudah dan mengalir. Jujur saja, aku bukan tipe guru yang mudah bercanda dan melucu di kelas. Aku memang agak kaku, pendiam, dan tipe yang serius. Aku pikir ini akan menjadi masalah karena aku tidak bisa mencairkan suasana seperti guru lawak di luar sana. Untungnya, aku suka sekali mendengarkan saat orang lain menyampaikan pendapat dan berdiskusi denganku. Inilah salah satu kekuatanku baik sebagai guru atau pribadi yaitu menjadi pendengar yang baik.
Aku suka sekali mendengarkan siswaku saat mereka bercerita mengenai keseruan kegiatan mereka sehari-hari, keluarga, keluhan tentang tugas yang menumpuk, pandangan politik, pengalaman saat mengunjungi Indonesia, dan hal menarik serta remeh temeh lainnya. Dengan mendengarkan celotehan random mereka aku bisa memahami sudut pandang, karakter, dan ketertarikan siswaku. Selain itu aku juga bisa menempatkan diriku di posisi mereka. If I could express it in English, I would say “relatable”. Aku pun menerima banyak ilmu dan pengetahuan baru dari siswaku sendiri. Kadang waktu belajar malah kami habiskan untuk berdiskusi karena aku tidak berhenti bertanya dan mereka dengan semangat menjelaskan. Awalnya ku pikir ini akan menjadi masalah tersendiri jika terlalu sering. Aku takut mereka malah merasa “bukannya belajar bahasa kok malah ngobrol ya?” Dan ternyata mereka malah berkata “seneng bisa ngobrol yang berbobot kayak gini Bu Izza!” Di situlah aku merasa aku tidak perlu melucu atau menjadi orang lain untuk bisa menjalankan peranku sebagai pengajar dengan baik. Aku hanya perlu menjadi diriku sendiri dan memaksimalkan hal positif dan potensi yang ku punya.
Mengajar BIPA di Indiana University Bloomington memiliki tantangannya sendiri. Salah satu yang bagiku sulit aku taklukkan adalah mengekspos siswaku dengan hal-hal atau kegiatan yang berkaitan dengan Bahasa Indonesia atau Indonesia secara umum. Aku pikir kita sepaham bahwa salah satu cara efektif untuk menguasai bahasa asing adalah dengan terus mempraktekkan bahasa tersebut dan menjadikannya sebuah kebiasaan. Lingkungan juga tentunya menjadi faktor penting untuk mendukung kebiasaan berbahasa asing. Sayangnya, di Bloomington sendiri budaya Indonesia tidak nampak. Bisa dilihat dari jumlah restoran Indonesia yang hampir tidak ada. Ada Cafe Bali yang sepertinya namanya tidak mewakili budaya Bali. Menurut salah satu siswaku yang pernah ke sana makanan yang dijual tidak benar-benar masakan Indonesia. Acara festival bernuansa Indonesia seperti yang ada di New York juga sepertinya tidak ada. Biasanya ada stand atau booth bernuansa Indonesia di festival Internasional kampus atau kota. Tetapi sekali lagi, skalanya masih kecil.
Lagi nonton Tetangga Masa Gitu saat belajar tentang Basa-Basi |
Untungnya aku hidup di abad 21 di mana kecanggihan teknologi membantuku untuk mempersempit jarak antara Indonesia dengan Amerika secara virtual. Terima kasih kepada youtube dan berbagai laman di internet yang sudah menjadi asistenku untuk mengajar BIPA. Aku banyak menggunakan foto dan video tentang Indonesia yang ada di website serta kanal youtube. Setiap kali aku membuka website berisikan foto-foto dari Indonesia sering siswaku nyeletuk “Itu mall di Jakarta ya? Saya pernah ke sana! Itu di Jogja! IKN itu apa?” Ah senang sekali rasanya menerima reaksi ingin tahu mereka. Rasanya aku sukses menjadi seorang guru ketika aku berhasil membuat siswaku penasaran dan termotivasi untuk tahu lebih tentang materi yang mereka pelajari. Selain menggunakan teknologi sebagai sumber bahan ajar, aku juga menggunakan teknologi untuk mempertemukan siswaku dengan orang-orang Indonesia. Zoom meeting maksudnya? Sayangnya, perbedaan waktu Indiana dengan Bali, Indonesia saat ini 13 jam. Jadi tidak mungkin rasanya mau zoom meeting dengan warga Indonesia di RI. Di sini lah grup whatsapp komunitas lokal WNI amat membantu. Aku mengontak WNI yang tinggal di Bloomington melalui grup whatsapp dan mengundang mereka untuk datang ke kelasku. Aku mengajak beberapa WNI yang bersedia untuk ngobrol dan diwawancarai oleh siswa BIPA IU. Aku amat bersyukur ternyata ada beberapa mbak-mbak cantik WNI di Bloomington yang bersedia dan bersemangat ingin ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang aku namakan “Kunjung Kelas” ini. Alhamdulillah kegiatan “Kunjung Kelas” perdana BIPA Intermediate IU Bloomington berjalan dengan sukses pada hari Rabu, 20 November 2024.
BIPA IU Bloomington x WNI Bloomington |
Bagaimana keseruan kegiatan “Kunjung Kelas” BIPA di Indiana University Bloomington? Tunggu tulisanku selanjutnya ya!
Comments
Post a Comment