Hai semua! Kali ini aku akan membagikan pengalamanku mengikuti seleksi exchange program Foreign Language Teaching Assistant atau FLTA dari Fulbright. Perlu diingat bahwa apa yang aku tuliskan di sini merupakan murni pengalamanku pribadi. Jadi pihak AMINEF dan Fulbright Indonesia tidak berkaitan dengan apa yang aku bagikan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi teman-teman pengajar Bahasa Inggris dan BIPA yang mungkin berminat mengikuti seleksi FLTA 2025-2026. With that being said, let’s get into it!
Apa itu FLTA?
FLTA merupakan singkatan dari Foreign Language Teaching Assistant. Secara singkat program ini merupakan program pertukaran guru bahasa asing nirgelar di Amerika Serikat selama satu tahun akademik yaitu kurang lebih 9 bulan. Jadi kalau FLTA Bahasa Indonesia itu berarti mengajar Bahasa Indonesia di negeri Paman Sam. Berdasarkan info yang aku baca di laman https://www.aminef.or.id/ program ini diperuntukkan bagi pengajar Bahasa Inggris dan BIPA. Guru Bahasa Inggris di sini adalah mereka yang mengajar Bahasa Inggris jenjang SMP/SMA atau lembaga kursus dengan pengalaman minimal 1 tahun. Bagi guru Bahasa Indonesia untuk Penutur Bahasa Asing juga sama. Harus memiliki pengalaman minimal 1 tahun. Persyaratan yang lainnya bisa kalian temukan di laman FLTA yang bisa kalian akses di website AMINEF di atas.
Keuntungan program ini apa ya?
Jika terpilih sebagai awardee atau grantee, maka pengajar akan menjadi Teaching Assistant dan mendapatkan kesempatan untuk mengajar Bahasa Indonesia di universitas Amerika Serikat seperti Harvard, Columbia, Boulder, dan masih banyak universitas keren lainnya. Bahasa kerennya jadi Asisten Dosen lah ya. Program ini fully funded oleh Fulbright jadi grantee tidak perlu mengeluarkan biaya apapun selama mengikuti program dan akan menerima stipend perbulannya. Tapi tentunya akan ada beberapa biaya yang harus dikeluarkan saat mengikuti seleksi seperti biaya TOEFL ITP bagi yang belum memiliki sertifikat toefl atau yang sertifikatnya sudah kadaluarsa.
Selain mengajar, grantee juga mendapatkan kesempatan untuk mengambil beberapa mata kuliah di universitas dimana grantee ditempatkan selama 2 semester. Tapi perlu diingat program ini nirgelar jadi walaupun sudah menyelesaikan mata kuliah tersebut grantee tidak akan mendapatkan gelar. Keuntungan lainnya berdasarkan info yang aku dapat dari media sosial para grantee FLTA yakni grantee bisa mengikuti semacam pertemuan dengan para FLTA grantees dari seluruh dunia. Setauku kayak seminar. Jadi ada beberapa grantees yang presentasi mengenai penelitian mereka. Oh iya, grantees juga mendapat kesempatan untuk sharing mengenai budaya Indonesia di forum-forum cultural exchange. Seru kan?
Pengalamanku Mendaftar program FLTA 2024-2025
Sebenarnya aku sudah mengetahui tentang FLTA sejak lulus kuliah S1 di tahun 2014. Waktu itu salah satu rekan kerjaku mendaftar dan dia lolos sebagai kandidat utama atau principal candidate. Namun waktu itu aku belum tertarik mengetahui lebih lanjut atau mendaftar program ini karena aku baru saja diterima kerja di LB LIA Malang. Di tahun 2022, rekan kerjaku yang lain juga berangkat ke Colorado sebagai awardee FLTA. Beliau memberikan saran padaku untuk mencoba mendaftar. Akhirnya setelah banyak cari tahu dan lumayan tertarik juga, di awal tahun 2023 saat program ini dibuka aku memberanikan diri untuk mencoba mendaftar setelah sebelumnya minta ijin ke orang tua dulu supaya prosesnya dilancarkan oleh Allah SWT.
Untuk background-ku sendiri, aku lulusan Sastra Inggris Universitas Brawijaya. Selepas lulus tak lama aku terjun ke dunia pendidikan Bahasa Inggris non formal. Padahal aku gak punya cita-cita jadi guru lho. Gak pengen malah jadi guru. Makanya ambil Sastra bukan Pendidikan. Qadarullah, eh akhirnya menekuni profesi English Teacher juga sampai kurang lebih 9 tahunan lamanya. Emang ya~ takdir Allah SWT gak bisa ditebak. Dengan bekal pengalaman mengajar selama sekian tahun itulah aku mendaftar program FLTA.
AMINEF membuka pendaftaran program ini pada tanggal 15 Februari 2023 dan ditutup 15 April 2023. Jadi ada sekitaran 2 bulan untuk melengkapi semua persyaratan. Melalui website IIE aku mulai menyicil upload berkas untuk proses seleksi administrasi. Yang aku lakukan adalah mengisi data dan upload berkas yang mudah dulu seperti identitas diri, ijazah, transkrip, CV. Sambil melengkapi persyaratan yang mudah aku menyicil mengerjakan persyaratan yang sulit. Apalagi kalau bukan menulis 3 esai dan menghubungi dosen serta atasan untuk minta 3 surat rekomendasi. Aku juga harus segera mengambil TOEFL ITP di awal bulan Maret 2023 karena sertifikatku sudah kadaluarsa. Alhamdulillah sekarang bisa ambil tes secara online jadi gak perlu repot-repot ke Balai Bahasa, ETS, atau kampus lagi. Saranku adalah lebih baik ambil tes Bahasa Inggris entah itu IELTS, TOEFL ITP/iBT jauh-jauh hari sebelum mendaftar beasiswa supaya gak kelabakan kayak aku kemarin.
Untuk esai, ini proses yang paling buat kepala cenut-cenut. 3 esai full English dengan 3 tema yang berbeda, Objective/Motivation Essay, Teaching Method, and Sharing Culture. Alhamdulillah, AMINEF baik banget. Mereka selalu mengadakan webinar yang membahas informasi mengenai beasiswa dan bagaimana cara penulisan esai bersama para alumni. Jadi, bisa dibilang aku rajin banget nontonin webinar tersebut supaya aku benar-benar paham apa yang harus aku cantumkan dan jabarkan di esaiku. Kalian lebih baik mengikuti akun media sosial AMINEF atau Fulbright Indonesia deh kalau gak pengen ketinggalan info seperti akun Instagram mereka @fulbrightindonesia.
Pengalamanku pribadi saat menulis esaiku, di awal proses penulisan aku selalu membuat mind map atau peta pikiran. Aku selalu melakukan ini karena ini memudahkanku untuk mendapatkan ide. Jadi pertama, aku pelajari baik-baik persyaratan esai yang tertera di website AMINEF dan IIE. Lalu aku membuat mind map setiap topic esai di buku catatanku. Apapun yang terlintas di benak langsung aku tulis walau mungkin hal itu aneh. Gak pa pa tulis aja. Nah setelah membuat mind map baru aku menyortir ide-ide tersebut dalam bentuk outline yang aku buat di Google Doc. Kenapa Google Doc? Biar gampang ngerjainnya juga sih. Kan bisa lintas devices. Dari outline tersebut barulah aku kembangkan menjadi draft awal esai.
Proses menulis esai bisa dibilang paling lama. Aku sendiri butuh satu bulan lebih hingga akhirnya aku percaya diri mengirimkan esaiku. Akan lebih baik jika kalian memiliki mentor atau teman yang bisa menjadi proof reader esai kalian sehingga kalian tahu bagian mana yang harus direvisi atau diperkuat lagi. Sayangnya aku tidak memiliki sosok tersebut karena yah susah sekali mencari yang punya waktu luang untuk membaca esaiku. Tapi tenang, kalau posisi kalian sama denganku kalian bisa mengandalkan platform Grammarly. Thanks to Grammarly, my essays were all checked and ready to be uploaded.
My Mind Map for Objective Essay |
Nah pasti ada yang bertanya-tanya nih esaiku kayak gimana. I’m sorry guys I can’t show them all to you. Kenapa? Karena proses seleksiku belum selesai. Jadi walaupun aku sudah lolos seleksi administrasi dan wawancara hingga dinyatakan sebagai salah satu kandidat FLTA 2024-2025, aku masih harus melalui seleksi di US. Keputusan final mengenai my status of candidacy akan diumumkan di bulan April hingga Juni 2024. Mohon doanya agar semuanya dilancarkan ya teman-teman. Amin~ Makanya mau nunjukin esaiku kayaknya terkesan arogan karena yah kan keputusannya masih belum diumumin. Tapi kalian bisa coba cek blog alumni Fulbright tahun-tahun sebelumnya. Banyak yang share esai mereka kok. Aku juga banyak belajar dari apa yang mereka tuliskan.
Untuk tiga surat rekomendasi, aku minta satu surat dari dosen pembimbing akademik, satu surat dari dosen penguji skripsiku dulu, dan satu surat dari atasanku di LB LIA Malang. Ingat ya surat rekomendasi ini harus dari orang yang bener-bener tahu mengenai jejak rekam kita selama di universitas dan tempat kerja. Btw, ini pertama kalinya aku minta surat rekomendasi ke dosen jadi agak takut juga kalau dosenku lupa sama aku. Alhamdulillah setelah mengirim pesan wa yang sopan dan mengingatkan mereka tentang aku, they openhandedly accepted my requests. Jadi jangan khawatir, selama niat kalian baik dan kalian bisa mengkomunikasikan kebutuhan kalian dengan sopan ke dosen dan atasan, mereka InsyaAllah mau kok bantu. Tapi memang akan lebih baik jika kalian punya lebih dari 3 orang yang kalian bisa mintain surat rekomendasi. Jadi kalau ada yang gak bisa, kalian bisa menghubungi orang lain.
Hal-hal kecil tapi penting mengenai pendaftaran
Selalu cek email yang kalian gunakan untuk mendaftar beasiswa. Berbeda dengan LPDP yang menggunakan platform untuk mengumumkan status pendaftaran, Fulbright selalu mengirimkan informasi pendaftaran kita melalui email resmi.
Fulbright biasanya tidak mengumumkan timeline pendaftaran beasiswa di laman resmi atau media sosial mereka. Jadi sekali lagi, kalian kudu rajin cek email. Jarak antara tiap seleksi sekitaran 2 bulan. Jadi bisa kalian prediksi sendiri ya kira-kira kapan email dikirimkan.
Bismillah dicoba aja dulu guys! Yakin kalau kamu bisa. Jadilah diri kalian sendiri saat menuliskan esai. Semoga berhasil ya!
I guess I’ve shared all that I experienced during my initial selection process. InsyaAllah jika ada waktu dan tenaga di tengah kesibukanku bekerja, aku akan share pengalaman seleksi wawancara yang aku jalani di bulan Juni 2023 lalu. Good luck on your application scholarship hunter!
Comments
Post a Comment