Sebagai orang yang tak terlalu mengingat masa sekolahnya, jujur aja aku nggak mengingat bagaimana Hari Guru Nasional dulu dirayakan. Aku bahkan nggak tau kapan hari spesial buat guru di Indonesia ini. Taunya ya setelah bekerja di salah satu sekolah di kampung halamanku. Padahal aku sudah menjadi English Teacher sejak 2014. Ya Allah za! Kok bisa gitu lho? Entahlah 😅~ Ini tahun kedua ku merayakan Hari Guru Nasional yang jatuh pada tanggal 25 November setiap tahunnya. Tak ku sangka, aku kaget saat menyaksikan sendiri bagaimana siswa dan siswi beserta para guru di sekolah menyambut datangnya Hari Guru Nasional. Jangan heran kalau sekolah akan bertaburan kado, buket, kue tart, dan berbagai kejutan lainnya.
Aku meninggalkan bangku sekolah di tahun 2010. Jaman di mana teknologi informasi dan internet masih baru menggeliat di kalangan remaja pada saat itu. Perkara sekolah masih relatif tradisional. Sebagian besar siswa masih menganggap guru itu amat sangat dihormati dan bahkan ditakuti. Mau bercanda sama guru kayak bercanda sama teman? Aku pikir itu bukan hal yang umum dilakukan siswa karena rata-rata guru sekolah saat itu sudah senior dan seusia orang tua kita. Ya canggung lah yaa mau bercanda. Adanya kita malah diomelin. Hari Guru pun dirayakan dengan amat formal. Upacara satu jam, selesai, masuk kelas. Ngasih kado ke guru? Lagi-lagi itu gak umum. Karena apa? Karena memang waktu itu hal kayak ngasih hadiah dan kejutan buat guru bukan sebuah kebiasaan. Mungkin ada yang memberikan hadiah sebagai tanda apresiasi tapi biasanya cuma satu dua siswa dari kalangan ekonomi menengah ke atas atau perwakilan OSIS.
Makanya setelah aku bekerja di sekolah formal di tahun 2022, aku kaget kayak “Wow! Hari Guru Nasional semarak ya! Semua orang baik siswa, wali siswa, dan guru antusias sekali ya! 😆” Alhamdulillah, sekarang guru mendapatkan apresiasi lebih dari siswanya. Siswa dan siswi bersemangat mengucapakan Selamat Hari Guru dan memberikan kado serta kejutan bagi guru mereka sebagai tanda terima kasih.. Aku menerima beberapa kado, buket, dan kue dari siswaku dan orang tua mereka. Gimana rasanya? Seneng dong! Alhamdulillah, mereka inget sama aku walaupun aku baru aja jadi guru Bahasa Inggris mereka. Pada dasarnya aku bukan tipe orang yang love language-nya receiving gifts. Tapi untuk kali ini, kenapa enggak? Mereka ngasih hadiah karena mereka peduli sama guru yang sudah mengajari mereka. Jadi, harus diterima dengan senang hati dong dan tentunya jangan lupa mengucapkan terima kasih dan mendoakan yang terbaik bagi mereka.
buketnya bisa nyala dong... |
handmade lho ini. niat banget! 🍬 |
gak nyangka bakal dikasih banyak hadiah~ Thank you! |
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa budaya ngasih hadiah di Hari Guru mengundang pro dan kontra terutama di kalangan wali murid. Banyak siswa yang berasal dari keluarga pra sejahtera. Karena trend memberikan kado sangat booming di kalangan anak-anak banyak anak-anak dari kalangan keluarga tidak mampu juga ingin memberikan hadiah. Tak sedikit wali murid yang merasa keberatan akan hal ini karena mempersiapkan hadiah jelas menghabiskan dana yang tak semua wali siswa miliki. Civitas sekolah tahu betul kondisi yang terjadi. Maka dari itu mereka pun selalu menekankan bahwa jangan memaksakan diri untuk memberikan hadiah karena ucapan selamat hari guru, terima kasih, dan maaf sudah cukup.
Aku amat setuju dengan apa yang sekolah sarankan karena aku yang dulu juga siswa bermodalkan beasiswa dari pemerintah, memberikan hadiah itu berat di kantong. Selain itu, aku juga punya mindset yang sebenarnya agak “pelit” sih.
“Ngapain aku ngasih hadiah ke orang yang lebih mampu dari aku? Ya kalau dia suka. Kalau dia enggak suka kan rugi? Mending uangnya ditabung untuk biaya darurat.”
Well, mindset kayak gini sebenarnya ada karena keadaan ekonomi keluargaku saat itu amat pas-pasan. Aku tidak punya kemewahan dimana aku bisa menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak esensial. Jadi aku paham banget kalau budaya ngasih hadiah ini bukan untuk semua orang. Dan itu gak pa pa. Memberikan apresiasi tidak harus dengan memberikan kado kan? Ucapan terima kasih yang tulus dan sikap yang baik kepada guru ku pikir sudah cukup. Itu bagiku sih kalau guru yang lain gak tau ya. Ya gak bisa dipungkiri sih ada aja guru yang ngarep dikasih hadiah yang fancy sama muridnya. Well, that’s another story.
Kalau boleh memilih, aku sebenarnya pengen banget dikasih surat oleh siswa dan siswiku. Gak perlu ngasih hadiah muluk-muluk. Cukup tulis sepucuk surat yang berisikan kesan dan pesan mereka tentang aku, caraku mengajar, dan mungkin apa yang mereka harapkan dariku. Kenapa surat? Karena mengetahui apa yang siswaku pikirkan dan rasakan tentang diriku itu menyenangkan dan memotivasi diriku untuk berusaha menjadi individu yang lebih baik lagi. Dulu sewaktu menjadi English Teacher di LB LIA Malang aku sering mendapatkan surat seperti ini. Aku bahkan masih menyimpannya sampai saat ini. Membaca pesan mereka buatku merasa
“Wah aku sudah melakukan yang terbaik untuk mereka. Apa yang aku lakukan adalah hal baik. Aku tentu bisa lebih baik lagi.”
Jarang banget lho jaman sekarang ada siswa yang menulis surat bagi guru mereka. Aku pikir sudah saatnya kita membudayakan kegiatan literasi berupa menulis surat kembali. Sebenarnya aku masih sering melakukan hal ini. Sebagai orang yang sulit mengekspresikan emosi secara langsung, bagiku menuliskannya dalam selembar kertas adalah cara terbaik menyampaikan perasaan yang ku rasakan. Haha sounds romantic right? Too bad I’ve never written a love letter in my whole life.
what a sweet message 💓 |
Walaupun sudah telat beberapa hari, aku ingin mengucapkan Selamat Hari Guru Nasional untuk seluruh tenaga didik di Indonesia. Kalian sudah melakukan pekerjaan yang mulia dunia akhirat. Kalian semua orang-orang hebat yang rela mengorbankan waktu, tenaga, uang, dan pikiran demi mendidik generasi penerus bangsa. Semoga kita semua diberkahi kesehatan, rejeki, dan umur untuk meneruskan perjuangan ini lebih baik lagi. Semoga usaha yang kita semua lakukan berbuah manis di masa depan. Amin Ya Rabbal Alamin.
Comments
Post a Comment