Malang, 12 Juni
2017
Miss me already? J
Kemarin dengan sengaja
aku tidak menulis tulisan ke-11 #nulisrandom2017. Alasannya sih ya cuma lagi
pengen istirahat aja. Istirahat apa males? Haha mungkin keduanya. Selain itu,
kemarin aku caught up banget sama satu buku yang lagi aku baca. Buku tersebut berjudul
Syaikh Siti Jenar Suluk Sang Pembaharu.
Sekarang aku lagi baca buku ke-4 dari 7 buku karangan Bapak Dosen Filsafatku
dulu, Pak Agus Sunyoto.
Wew dari judulnya aja
udah kayak gimana gitu ya. Well, this is truly a mind blowing historical novel.
Aku pikir semua orang yang mengaku sebagai Muslim lebih baik baca buku ini
supaya pola pikir dan hati nurani menjadi lebih terbuka. Dan enggak ada lagi
yang namanya ego merasa diri paling benar.
Wew, what an opening.
Di tulisan hari ke-12 ini, aku enggak akan bahas buku karya Pak Agus Sunyoto
tersebut. Kali ini, apa yang aku bahas masih berkaitan dengan tulisanku di hari
ke-10 yang berjudul Sesal. Hayoo...siapa yang belum baca? Baca dulu yuk biar
tahu sebelum lanjut.
Jadi, 5 orang teman
terdekatku yang juga anggota geng The Njlorots menjadi kelinci percobaan
pertanyaan “aneh” ku. Dari 5 orang, 4 orang yang menjawab. 2 orang bilang kalau
mereka mau menerima kesempatan perjalanan kembali ke masa lalu dan mengubah
penyesalan mereka dan 2 orang memilih untuk menolak kekuatan itu. Hmm...
Salah satu temanku
yang memilih untuk menerima kekuatan perjalanan waktu berkata bahwa ia ingin
mengubah kebiasaan yang berkaitan dengan pola hidup dan kesehatan. Temanku
menyesali apa yang seharusnya ia lakukan dulu tapi tidak ia lakukan. Kalau
diberikan kesempatan ke masa lalu, dia akan melakukan hal itu. Yang satu lagi
berkata ingin mengubah satu hal saat ia masih SD. Hal apa itu? Entahlah, tak
ada penjelasan spesifik darinya. Yah intinya mereka berdua ingin mengubah
sesuatu yang harusnya atau tidak seharusnya mereka lakukan.
Nah temanku yang
memilih menolak nih bilang kalau segala sesuatu yang terjadi baik atau buruk
harus diambil hikmahnya. Kita tumbuh dewasa dan belajar dari pengalaman. Jadi
enggak ada yang perlu disesali. Pendapat temanku satu lagi mengatakan kalau
penyesalan terbesar di masa lalu justru membuat kita belajar lebih menghargai
hal-hal yang tidak kita sadari. Kita bisa belajar begitu banyak hal dari rasa
sesal terbesar yang mungkin menyakiti kita.
Pertanyaan pertama
terjawab, aku menanyakan pertanyaan kedua kepada 2 temanku yang ingin mengubah
masa lalunya. Pertanyaannya adalah kalau misalnya kamu memutuskan untuk
menerima penawaran lalu pergi mengubah masa lalu, apakah kamu yakin masa
depanmu akan menjadi lebih baik dari yang sekarang kamu peroleh?
Dari 2 orang hanya 1
yang menjawab. Jawaban darinya adalah yang penting sudah mencoba dan berusaha
untuk memperbaikinya. Kalau hasilnya masa depan lebih baik ya syukur. Kalau
ternyata malah tidak lebih baik ya enggak masalah. Dia sadar sejak awal kalau
hasil yang mungkin akan keluar tidak akan selalu sesempurna yang ia harapkan.
Kalau jawabanku? Aku
memilih menolak kesempatan untuk mengubah penyesalan masa laluku. Aku pikir
masa depanku belum tentu akan menjadi lebih baik jika aku mengubahnya. Justru
mungkin masalah lain bisa muncul. Everything happens for a reason. Aku percaya
penyesalan itu hadir dengan hikmahnya sendiri. Ia membentuk karakterku entah
jadi lebih buruk atau jadi lebih kuat. Tergantung bagaimana aku bereaksi.
Aku memilih untuk jadi
lebih kuat dengan menaklukan rasa sesal dan melakukan sesuatu yang lebih baik
daripada terus dihantui penyesalan. Dan jujur aku berterima kasih atas
penyesalan tersebut. So, I have reasons to move on and leave behind things that
make me sad. Aku bersyukur dulu pernah menyesal dikecewakan orang lain, jadi
aku bisa belajar untuk berhati-hati mempercayai orang lain. Aku bersyukur
pernah menyesal jadi orang yang lemah, jadi aku memantapkan diriku untuk
melawan siapapun yang berani menyakitiku. Aku berterima kasih dulu menyesal
gagal dalam meraih sesuatu, jadi aku sadar atas kekuranganku dan berusaha lebih
baik dan keras lagi. Well, just like what my friend said, we learn from our
experiences and regret.
Oh iya, thank you
banget Mbak Imaniar Hanifa yang
sudah komentar di post hari ke-10 dan menjawab pertanyaanku. Mbak Imaniar
memilih untuk menolak kembali ke masa lalu demi mengubah penyesalannya tanpa
kendali hasil sesuai yang ia harapkan. Aku hargai banget pendapat Mbak Imaniar
yang menyatakan bahwa penyesalan membuat kita belajar lebih baik. Kita tidak
bisa memprediksi apakah penyesalan membawa kita ke kehidupan yang lebih baik
atau buruk. Persiapkan diri aja karena mungkin pelajaran tersebut bisa
menjatuhkan kita dulu supaya kita sadar.
Ada dua pendapatku
berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan rasa sesal di hari ke-10. Entah kalian
setuju atau tidak, yah ini cuma apa yang aku pikirkan.
1. Kalau
jawaban kalian, “Iya, aku mau mengubah penyesalanku dengan kembali ke masa lalu”,
sepertinya kalian merasa apa yang kalian hadapi saat ini tidak lebih baik dari
yang kalian harapkan jika kalian tidak memiliki penyesalan terbesar itu. Kalian
masih merasa bahwa masa depan kalian justru akan lebih baik lagi jika di masa
lalu kalian melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Well, in short, kalian
belum ikhlas atas apa yang telah terjadi dan belum bisa move on. Well, in my
opinion, try to see the bright sides. Pelajari hikmah di balik penyesalan lalu
lakukan sesuatu demi masa kini dan masa depan yang lebih baik. Belajarlah dari
penyesalan dan kesalahan, lalu lakukan sesuatu yang tidak akan buatmu menyesal
di kemudian hari.
2. Kalau
kalian menolak kembali ke masa lalu untuk mengubahnya, it means that you’ve
learned something from your regret and seen the good sides. Mungkin di antara
kalian ada yang merasa bahwa yang lalu ya udah berlalu. Ambil yang baik, buang
yang buruk, lalu melangkah lagi. Ada juga yang merasa seperti aku mungkin, masa
depan belum tentu menjadi lebih baik jika kita mengubah apa yang seharusnya
telah terjadi. Justru kalian bersyukur memiliki penyesalan tersebut. Kalian
belajar apa yang baik dan buruk lalu melanjutkan hidup dengan berpedoman pada
pelajaran yang telah kalian terima. Mungkin juga kalian sadar penyesalan tersebut
justru membawa kalian ke tempat yang lebih baik tanpa kalian minta.
Well, pendapatku di
atas hanya hasil pemikiranku saja. Secara ilmiah, mereka belum valid jadi aku
bisa saja salah. Terlepas dari valid enggaknya, aku pikir masing-masing dari
kita bisa berpikir dan mencermati arti di balik tiap jawaban. Tidak ada jawaban
benar atau salah. Yang penting adalah kita bisa belajar dari berbagai
kemungkinan dan memperbaiki diri kita menjadi pribadi yang lebih baik bagi diri
sendiri dan orang lain. Having regret can be a positive thing if you can learn
from it, reflect yourself, and do better things for a better life.
So, do you regret
reading this post? I hope not. See you next post!
Bale Kambang - Malang |
Kalau ditawarin untuk memperbaiki masa lalu, saya sih... memilih untuk tidak melakukannya. Hidup ya hidup aja, gak usah di edit-edit biar sempurna :)
ReplyDeleteI think you've made the right choice! Gak usah di edit. Jalanin aja. Haha. Thank you for coming here...
Deletewah semangat ikuatn nulis random ya, salut
ReplyDeleteIyaa, sedang dalam proses menaklukkan limit dalam menulis hehe. Terima kasih mbak Tira sudah berkunjung ke blog saya :)
Delete