Malang, 07 Mei
2017
When
you are in so much pain,
and
no one is there to lift you up,
you
might think to end your life.
Masih inget apa yang
aku tulis di Stop Saying Just Kidding
post? Tentang bagaimana kelakar lucu bisa berakhir sebagai bencana kemanusiaan?
Tulisan kali ini masih berkaitan dengan semua unek-unek yang sudah aku
ceritakan di sana. Bagiku bercanda yang terlewat batas sudah dapat
dikategorikan sebagai bullying. And for me personally, it’s the worst thing
ever!
Source : Google |
Salah satu temanku
membaca apa yang aku ceritakan di blog. Dan dia merekomendasikan sebuah TV
series berjudul 13 Reasons Why. I’m
not really a movie or TV series person. Tetapi setelah dengar review darinya
dan lihat trailer di Youtube aku jadi tertarik untuk menontonnya. Sepanjang
menonton 13 episode series tersebut, rasanya semua jadi gak karuan. Kadang
nangis sendiri. Seringnya aku berhenti menonton di tengah-tengah film karena
takut dengan kelanjutan ceritanya. Parahnya, aku jadi sering melamun. Kenapa
“selebay” ini? This is all because of what happens to Hannah Baker, the main female
character. She is the victim of bullying. She was treated so badly by her
friends. Then, she ended up comitting suicide by slitting her wrists and died
due to blood loss.
Sedikit banyak aku
memahami betapa berat beban batin yang harus ditanggung Hannah. Pencemaran nama
baik, tindakan tidak menyenangkan, pengkhianatan, pelecehan seksual, hingga
pemerkosaan telah dialaminya. Yang terburuk adalah pelaku semua tindakan
mengerikan tersebut adalah teman sekolahnya sendiri. Bisa dibayangin betapa buruknya
kan? Orang-orang yang seharusnya menjadi bagian dari kenangan indah masa SMA
justru membunuhnya pelan-pelan.
Hannah ingin bicara
pada seseorang untuk mengurangi rasa sakit yang ia alami. But no one was there
for her. Ia ingin seseorang dapat mengerti apa yang telah terjadi padanya.
Tetapi tak ada satu pun yang peduli. Dia menanggung semua beban psikis dan
batin sendiri. Ia berusaha bertahan selama yang ia bisa. Tetapi semua tak
kunjung membaik. Ia pun mulai lelah.
Hannah sebenarnya
tidak menyerah begitu saja ketika dia mengalami penderitaan tersebut. Ia sempat
berusaha untuk bangkit dan memulai kehidupan kembali sebagai dirinya yang baru.
Namun, dunia tidak memberikan kesempatan baginya untuk hidup bahagia. Ia
kembali lagi tersiksa oleh perlakuan orang-orang terdekatnya. Hingga pada
akhirnya, ia menyerah dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan pemikiran
semua akan baik-baik saja jika ia tidak ada lagi di dunia.
Banyak pelajaran
bermakna dapat diambil dari apa yang terjadi pada Hannah Baker. Bullying adalah
yang terburuk. Korban tindakan bullying tidak akan pernah baik-baik saja.
Trauma dan rasa takut itu masih ada. Mereka menghantui siang dan malam. Depresi
dan stress menghantam pelak tanpa tahu ampun. Rasa percaya diri semakin
berkurang. Penolakan akan dunia luar semakin tak tertahankan. Bullying makes us
feel rejected by the society.
Hannah mengalami
perlakuan buruk hanya karena ia berbeda. Dia baik hati. Tulus. Polos. Berani.
Dan rapuh. She is a girl and a friend that anyone couldn’t ask for more. Tetapi
di dunianya, gadis seperti dia dianggap sebagai gadis gampangan yang ada hanya
untuk menjadi bulan-bulanan orang lain. Hanya karena ia berbeda ia harus
menderita. Hanya karena ia berbeda ia terjebak dalam lingkaran setan. Hanya
karena ia berbeda ia harus mati di tangan para bully. She doesn’t deserve that. She deserves every best thing in
the world.
Bullying is the worst
thing! Nothing good comes from it especially for the victims. Luka di tubuh
dapat sembuh namun luka batin yang telah tertoreh tak akan pernah hilang. Mudah
memahami mengapa korban bullying banyak yang mengakhiri hidupnya dengan jalan
bunuh diri. Mereka sudah tak sanggup lagi menahan beban pikiran dan hati. They
feel inferior. They feel rejected. They feel humiliated. Bunuh diri dianggap
sebagai jalan untuk bisa kabur dari segala penderitaan yang mereka alami.
Mari hentikan tindakan
bullying dari sekarang. Mari lebih mengerti dan memahami sesama dengan
perbedaan yang ada. Mari berteman tanpa mempermasalahkan siapa dia. Mari tolong
teman kita dengan menerima dia apa adanya. Sekecil apapun tindakan bullying
yang kita lakukan dampaknya bisa amat besar. Bercandaan ringan pun jika sudah
kelewatan dapat menyakiti perasaan teman kita dan membuat batinnya terluka.
Cobalah untuk selalu
berada di sampingnya ketika ia butuh pertolongan. Cobalah untuk selalu menjadi
pendengarnya ketika ia ingin bercerita. Cobalah untuk mengerti dari sudut
pandangnya. Memang kita tak akan bisa 100% memahami orang lain. But still, try
harder... Ketika kita telah mampu memahami semuanya dengan baik, tak akan ada
lagi yang harus menderita dan mati karena bullying.
If you still don’t
understand what I write here, please spare your time to watch 13 Reasons Why TV series. Then you will
know, how horrible the effect of bullying for the victims is. After watching
it, will you still think that bullying is merely trivial?
Comments
Post a Comment