Malang, 18
April 2017
What
do you want to be when you grow up?
I
don’t know...
Nanti kalau sudah
besar, mau jadi apa? Pertanyaan tersebut sering kali guruku tanyakan ketika aku
masih berada di sekolah dasar. Pertanyaan tersebut memang normal ditanyakan
dengan pemikiran memiliki cita-cita adalah hal positif yang bisa memacu
anak-anak untuk meraih kesuksesan ketika mereka dewasa nanti.
Sebagai guru, aku pun
sering menanyakan pertanyaan tersebut. Apalagi ketika harus mengajar pelajaran
yang bertemakan pekerjaan. I will usually ask my students ”What do you want to
be when you grow up?”. Mereka tampak senang-senang saja ketika ku tanya.
Jawaban mereka pun beragam. I want to be a doctor. I want to be a teacher.
Even, I want to be an astonout. Kadang aku iri dengan muridku sendiri. Mereka
bisa menjawab tanpa keraguan. Berbeda dengan aku sewaktu berada di usia mereka.
Aku tidak pernah bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan gamblang.
Ketika guruku
bertanya, mau jadi apa kalau besar nanti, aku hanya menjawab sekedarnya saja. Kadang
ku jawab dokter, kadang guru, kadang dosen, kadang kru TV, pernah suatu ketika
duta besar karena aku tergila-gila dengan ide keliling dunia gratis. Namun aku
tidak pernah menjawabnya dengan sungguh-sungguh. Alasannya? Karena aku
sebenarnya juga tidak tahu aku ingin jadi apa. Aku sekedar menjawab dengan
berbagai pekerjaan tersebut demi melarikan diri dari pertanyaan guruku.
Sering aku heran
sendiri, kenapa aku harus jadi apa? Kenapa aku harus ditanya pertanyaan yang
sama terus menerus dengan aku sendiri tidak tahu harus menjawab apa. Pentingkah
memiliki target pekerjaan masa depan? Sebagian besar orang kemungkinan akan
menjawab tentulah penting. Cita-cita sama saja dengan rencana sukses di masa dewasa
nanti. Cita-cita akan menjadi jalan bagi manusia untuk menjadi lebih baik lagi.
Okay, in some ways, I do agree. Tapi, apakah cita-cita harus selalu pekerjaan?
Apakah cita-cita harus selalu “menjadi apa”?
Aku sadar, pertanyaan
yang selalu bisa ku jawab dengan mantap bukanlah “What do you want to be when
you grow up?” tetapi “What do you want to do when you grow up?” Suatu ketika
dosenku bertanya demikian dan aku dengan senangnya menjawab segala ide dan
keinginan yang ada dalam kepalaku. Sang dosen tidak begitu senang dengan
jawabanku. Mungkin dikiranya aku terlalu “tidak terarah” karena aku hanya
menjawab apa yang membuatku senang. Awalnya aku agak sedih juga. Jawabanku
dipandang sebelah mata. Tetapi, justru apa yang dilakukan dosen itu membuatku
sadar bahwa yang benar-benar ingin aku lakukan ketika aku dewasa adalah menjadi
bahagia.
Aku tidak begitu
peduli mau melakoni jenis pekerjaan apa. Selama itu halal, aku bisa mengamalkan
ilmu yang aku dapat, aku menikmatinya dan kebutuhanku terpenuhi dengan hasil
yang aku dapatkan, itu sudah cukup bagiku. Dan sekarang, aku merasa bahagia
dengan pekerjaanku sebagai seorang guru Bahasa Inggris. Pekerjaan ini pun
sangat ideal buatku karena aku bisa memiliki banyak sekali waktu luang untuk
membaca dan menulis. This is absolutely perfect!
Aku tidak ambil pusing
mau lanjut S2 lagi atau meneruskan karir. Selama ini bisa dibilang aku hanya
ikut-ikutan trend S2 ke luar negeri yang teman-temanku lakukan tanpa menyadari
bahwa sebenarnya bukan itu yang benar-benar aku inginkan. Taking master degree
abroad sounds so cool and wow, yet I don’t think I will get something good if
my reason undergoing it just to make me look like “a cool girl”. Nope! Ilmu
dikejar sampai ke negeri Cina demi mengamalkannya ke masyarakat bukan demi
ambil foto-foto aja. Aku rasa saat ini, aku lebih tertarik belajar secara non
formal makanya aku tidak begitu tertarik belajar di universitas lagi. Suatu
hari nanti mungkin aku akan ambil S2 tetapi entahlah lagi males sekarang. Haha
lagi seneng keliling dunia dan belajar lewat buku.
So, happiness is what
I’m striving for right now! Bukan untuk menjadi apa atau menjadi siapa. Aku
ingin melakukan segalanya yang membuatku senang menjalani hidup yang katanya
singkat ini. Aku juga ingin membuat orang-orang terdekatku merasakan yang sama
bahwa hidup terlalu sayang jika dihabiskan demi hal-hal yang tidak membuatmu
bahagia. Memang tidak akan selalu berjalan mulus. Pasti kesedihan akan datang
menghampiri. Tapi, kesedihan itu pula yang membuat kebahagiaan menjadi lebih
berharga bukan? Layaknya Yin yang akan selalu bersama Yang, mereka saling
melengkapi dan saling membuat masing-masing berarti.
This place will always make me happy. |
Comments
Post a Comment