Malang, 29
Maret 2017
A
journey of a thousand miles must begin with a single step
-
Lao Tzu
Apakah hal terberat
bagi seseorang untuk menjalani petualangan? Bagiku, jawabannya adalah “memulai”.
Mengambil langkah pertama untuk memulai suatu perjalanan bisa menjadi hal yang
sulit. Mengapa? Hmm, ada beberapa alasan yang terpikir olehku seperti takut
akan resiko ini dan itu atau malas mengorbankan beberapa hal seperti waktu,
uang, dan tenaga. Apapun alasannya memulai sesuatu memang tidak mudah. Banyak
hal yang harus dipertimbangkan. Termasuk aku, yang setelah mempertimbangkan
berbagai hal akhirnya aku memutuskan untuk mencoba memulai perjalanan satu hari
ke kota tetangga yang menjadi kota kedua terbesar se-Indonesia. Apalagi kalau
bukan Kota Pahlawan, Surabaya.
For someone who loves
staying at home like me, going on a journey even to the nearest city is really “something”.
Jangankan ke kota lain, mau ke warung deket kos aja harus membulatkan tekad
dulu. Agak lebay ya? Hehe maaf, abis males aja gitu melangkahkan kaki keluar
kamar tercinta. Namun, lama-lama aku sadar juga kalau terus-terusan kayak gini
aku enggak bakal tahu dunia luar kayak apa. Makanya ketika temen-temen satu
kantor ngajakin main-main ke Surabaya seharian kemarin pas liburan Nyepi, surprisingly aku memutuskan
untuk ikutan. Padahal sebenarnya, aku sendiri enggak punya plan apapun untuk
menghabiskan waktuku di sana. Sedangkan, teman-temanku sudah punya shopping
list yang mereka atur sedemikian rupa. For this I have my best quote...
The
best plan is no plan. Relax and Let’s Go on A Journey...
Perjalananku menuju
Kota Surabaya bermula di Stasiun Malang Kota Baru. Keretaku berangkat pukul
7.10 pagi jadi sekitar jam 6.30 aku sudah berkumpul bersama Kiki, Ms. Zahra,
dan Ms. Asri di depan stasiun. Pagi banget kan kita. Padahal aslinya kita udah
agak panik gara-gara yang bawa tiket gak bales pesan dan gak angkat telepon
sampai mendekati jam 7. Hahaha untungnya aja semua baik-baik saja. Kita
seharusnya berenam lho. Novi enggak bisa ikut karena sakit. Sedangkan, salah
satu dari kita, Ms. Ida, udah duluan naik kereta. Jadi tinggal berlima.
Keretanya alhamdulillah tepat waktu. So, at 7.10 we departed from Malang to
Gubeng, Surabaya.
Stasiun Malang Kota Baru |
Pagi-pagi udah ramee! |
Our tickets! |
Wajah-wajah masih pengen lanjut tidur sebenarnya. |
It took around 3 hours
to get there. Selama perjalanan, biasalah kita ngobrol dan cerita macem-macem.
Untukku sendiri, aku membawa serta satu buku untuk menemaniku. Dan buku itu
juga tentang perjalanan yakni perjalanan ayah dan anak laki-lakinya ke berbagai
kota di Eropa dengan satu kota sebagai tujuan utama. Kota itu adalah Athena,
Yunani. Mereka melakukan perjalanan tersebut demi menemukan sang istri dan ibu
dari anak laki-laki tersebut. Sepanjang perjalanan sang putra menemukan berbagai
misteri yang diungkapkan oleh sebuah buku kecil. Coba tebak buku apa yang aku
baca? Haha pernah baca Misteri Soliter
karya Jostein Gaarder? Yupz, buku itulah yang aku baca hingga akhir selama
perjalanan. That book really makes me feel like I’m on a journey. I really am
on a special journey.
Buku boleh minjem dari Puskot hehe |
Fokus sama kalimat terakhir! |
I will not talk about
that book. I have so many things in mind if you ask me about it. Seperti buku
filsafat lain, buku ini buatku bertanya-tanya tentang hidup, Tuhan, dan takdir.
Ada satu kutipan yang ku ingat dari buku itu. Siapapun yang mengetahui takdirnya, harus menjalaninya. Lagi-lagi
takdir yang menjadi bahasan seperti yang ku temukan di The Alchemist karya Paulo Coelho. Aku merasa kedua penulis besar
tersebut seperti berkata Takdir adalah
apa yang benar-benar kamu inginkan. Ketika kamu tahu takdirmu, kamu harus
menjalaninya Za! Nah, you know what? This book is really thoughtprovoking.
I’m starting questioning myself.
Bukannya relax, aku
malah berpikir sepanjang perjalananku. Kadang berkhayal seperti apa Athena dan
kalau aku jadi Hans Thomas, apa yang akan aku lakukan. But, it’s fun in its own
way! Aku menyelesaikan buku itu di tengah perjalanan dan itu membuatku sedikit
mati gaya. Akhirnya aku ikut-ikutan ngobrol dan bercanda sama yang lain walau
kadang aku diem aja dan cuma ikutan ketawa. Kadang juga pura-pura enggak
denger, waktu yang dibahas berkaitan denganku.
Sepanjang perjalanan
aku perhatikan, ada banyak penumpang yang juga berada di gerbong yang sama
dengan kami. Ada orang tua. Ada suami istri beserta anak-anak mereka. Ada
pasangan muda-mudi. Ada yang berjilbab. Ada yang enggak. Ada yang berbahasa
Jawa logat Madura. Ada yang ngomongnya bahasa Jawa halus banget sampai aku
enggak ngerti dia ngomong apa.
A mom and her child by the window. |
Ada yang bingung
mencari tempat duduknya. Ada yang memberi tempat duduknya pada orang lain yang
lebih membutuhkan. Ada juga yang udah ketemu tempat duduknya eh tapi ditempati
orang lain. Untungnya enggak ada pertengkaran karena hal ini. Ternyata
orang-orang itu tau diri banget dan tahu kalau mereka salah udah nempati tempat
duduk orang lain. Mereka juga enggak marah ketika ada yang mengklaim. Salut
deh. Itu baru cakep. Damai. Gak usah pake emosi. Hehe
Kira-kira apa ya
tujuan orang-orang tersebut pergi ke Surabaya? Mau wisata belanja kayak yang
aku dan temen-temen rencanakan kah? Berkunjung ke saudara atau kerabat? Atau
hal-hal lainnya? Menebak-nebak bisa jadi hal yang menyenangkan untuk
menghabiskan waktu. Kayak kurang kerjaan aja Za. Hahaha
Aku menikmati
perjalanan keretaku menuju Kota Surabaya. Dan perjalanan ini berkesan banget karena
ini yang pertama kalinya naik kereta kesana. Enggak kerasa 3 jam sudah berlalu
dan keretaku sampai di Stasiun Gubeng Lama. And finally I said Welcome to Surabaya. City of Memories.
Stasiun Gubeng Lama Surabaya yang arsitekturnya keren! Berasa masih zaman kolonial gitu! |
To
be Continued...
Comments
Post a Comment