Malang, 02 Agustus 2015
Aku pikir aku bisa terbang kemana
saja dengan sayapku. Kedua sayapku memberiku harapan untuk bisa menggapai
langit, awan, dan bintang-bintang di angkasa. Bersamanya aku yakin seluas
apapun daratan dan lautan, setinggi apapun langit di atas sana, aku bisa
melaluinya. Aku dapat terbang bebas, sebebas angin musim semi manis yang
membawa wangi bunga dan hangatnya mentari. Aku percaya pada sayapku. Aku
percaya pada diriku. Sampai pada satu titik, semua itu palsu. Sejak awal aku
tidak memiliki sayap atau apapun itu.
Sayapku tak mampu membawaku
terbang kemana pun. Kedua sayap ilusi ini ternyata hanya memberiku beban tak
berujung. Betapa bodohnya aku! Percaya pada sayap khayalan yang aku ciptakan
dari harapan-harapan kosong yang pernah dibuat dia dan aku. Sayap yang amat
rapuh ini patah saat aku hendak menggapai bintang yang aku puja. Aku pun dengan
kerasnya terhempas ke Bumi dan terjebak dalam gelapnya hutan. Tidak pernah aku
merasa sesakit ini. Semua yang aku impikan dan aku doakan melayang pergi bersama
serpihan-serpihan putih. Kini, hanya tinggal aku sendiri, menangis dan terjebak
sepi dalam kegelapan dan rasa sakit tiada akhir.
Aku ingin tahu bisakah dia rasakan
rasa sakitku? Bisakah dia pahami air mataku? Bisakah dia berhenti berpura-pura
tidak tahu? Bisakah dia luangkan waktu sejenak untuk memutar waktu dan
mendengarkan aku? Oh iya aku lupa. Dia bahkan tidak tahu apa yang telah terjadi
padaku.
Sedikit demi sedikit ku miliki
kembali sayapku. Ku kumpulkan kembali keberanian, harapan, dan doaku serta doa mereka untuk kembali berdiri dan mengembangkannya. Sayapku belum sempurna. Aku
belum bisa terbang bersamanya. Namun setidaknya, ini sayapku sendiri. Yang ku
dapatkan tanpa harapan pemberian orang lain. Aku percaya pada diriku. Aku
percaya pada-Nya yang memberiku hidup. Aku percaya pada mereka yang mau
mendorongku untuk kembali. Namun, sulit bagiku tuk percaya kembali padanya yang
mengambil semua dariku. I can forgive you. But, I can’t forget what you’ve done
to me.
Tuhan, aku percaya pada-Mu...
Bawalah aku pada masa dan tempat
terindah dalam naungan-Mu....
Tuntunlah aku kepada mereka dengan
hati yang luhur.....
Dengan sayap pemberian-Mu ini aku
yakin aku bisa kemana pun....
Apalah artinya sayap tanpa tujuan
Tuhanku....
Aku yakin bersama-Mu semua kan
seindah langitmu di empat waktu.....
My broken wings... |
Zaturania
Wow nice post kaka.
ReplyDeleteSedikit komentar ya: Kalau mau, menuliskan lika liku perasaan dalam sebuah tulisan harus lugas, jelas dan yang paling penting jangan berbohong dengan keadaan diri sendiri.
Boleh ya komen balik kesini http://bit.ly/1I2DVrr . Thank youuu
@Samudra : Terima kasih sudah berkunjung :). Memang sejak awal niatnya enggak lugas dan jelas, makanya gaya penulisannya mungkin susah dimengerti orang.
DeleteTulisannya bagus, banyak kalimat-kalimat yang saling menyatu mungkin karena nulisnya pake hati :)
ReplyDelete@Fikri Maulana : Terima kasih banyak atas masukannya. InsyaAllah semua yang saya tulis disini dari hati kok... :)
Delete