Malang, 21
Agustus 2015
Based on Cambridge dictionary, introvert is defined as someone who is shy,
quiet, and unable to make friends. Ya kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia artinya adalah si pemalu dan pendiam yang sulit memiliki teman.
Setujukah aku? Hmm...more or less but not completely.
Sudah banyak sekali post-post di media sosial mengenai hal ini. Introvert
beginilah, extrovert begitulah. Belum lagi mengenai si koleris, si melankolis,
si sanguinis, dan bla bla bla aku gak tau yang lainnya apa. (Aku aja gak tau aku ini termasuk yang mana).
Terus kalau sudah banyak postingan seperti itu, ngapain aku bahas hal-hal kayak
gini? Well, ada hal mengenai hal tersebut di atas yang sering menggangguku
akhir-akhir ini. Dan poin yang ingin aku garis bawahi di sini adalah Introvert.
Kenapa kok introvert? Simple aja sih sebenarnya. Ini semua hanya karena aku
salah satunya.
Absolutely me at a party Image was taken from http://www.studentenwerk.nl/public_images/Image/introvert.jpg |
Hidup sebagai introvert sudah ku jalani sejak aku belum bisa mengingat
dengan baik. Dengan kata lain sejak aku masih kecil. Aku enggak begitu ingat
masa kecilku sih. Tapi dari cerita Ibu, aku pemalu dan susah diajak ngomong dan
main. Jangankan orang asing, keluarga sendiri aja sering gak aku respon.
Senengannya diem di rumah terus main sendiri. Dan hal ini berlanjut hingga aku
dewasa hingga membuat kedua orang tuaku super khawatir ketika harus melepasku
ke dunia perkuliahan dan kerja. Nah lho!
Sebenarnya aku baik-baik aja sih. Buktinya sekarang aku bisa hidup dengan
baik di tengah lingkungan sosial yang jauh berbeda dari lingkungan rumahku. Aku
memang cenderung introvert tapi ya aku masih bisa sosialisasi tuh. Sekarang aja
aku bekerja sebagai guru yang pekerjaan utamanya adalah bersosialisasi dengan
murid. Aku juga punya teman. Hanya saja, temanku bisa dihitung dengan jari. Ini bukan masalah besar buatku. Walaupun sedikit tetapi mereka baik dan mau menerimaku. Bagiku, itu saja sudah cukup. Gak usah banyak-banyaklah. Sesuatu yang kebanyakan juga enggak bagus. Tuh kan! Introvert bukan berarti anti-sosial lho.
Tapi nih tapi, hidup sebagai salah satu si pendiam memang membuatku
menciptakan pembatas tak terlihat. Pembatas ini memisahkan duniaku dengan dunia
sosial di luar sana. Bagiku, aku akan merasa lebih nyaman jika aku bisa
menghabiskan paling enggak 2/4 waktuku perhari hanya dengan diriku sendiri. Aku
akan merasa lebih nyaman jika aku tidak melulu melihat ke layar hapeku lalu
mengobrol dengan orang lain baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Aku juga akan merasa lebih tenang tanpa adanya pertanyaan-pertanyaan kepo
mengenai kehidupan pribadiku. Aku akan bicara dan menemui seseorag saat aku
merasa itu penting untuk dibicarakan. Aku memang tidak banyak bicara dan
berekspresi, tetapi ada banyak hal yang ku proses dalam kepalaku. Aku tidak
suka keramaian dan suara banyak orang berbicara, itu semua buatku cepat bosan
dan lelah. Aku suka dengan orang talkative, tapi talkative nya yang menyenangkan
dan bermanfaat buatku (asal jangan
kelamaan aja ngomongnya). Kalau aku dicuekin, aku nyuekin balik pokoknya. Poinnya
adalah yah memang rasanya hidupku lebih indah tanpa terlalu sering berurusan
dengan orang lain.
Aku memang introvert and I’m absolutely okay with that. Aku bisa bergaul dengan
baik. Dan aku tidak memiliki masalah pribadi dengan teman-temanku berkaitan
dengan hal ini. Hanya saja akhir-akhir ini aku sering merasa terganggu dengan
orang-orang lebih muda yang kepo abis. Yah aku ladeni aja sih dengan
ketawa-ketawa gak jelas dan alesan ngeles klasik. Tapi ya tetep aja, pengen aku
blok aja tu orang. Ah sudahlah, kepo itu tanda perhatian. Jadi biarin saja za!
Anggap saja pemeriah medial sosial.
*Bagi yang merasa sering nanya aneh-aneh, harap tobat ya. Akhir dunia udah
mau deket nih!
TANYA ANEH2??????
ReplyDeletebiasa...anak kepo kekinian, yang gak penting ditanyain juga.... (-___-")
DeleteHOREEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE,,,,, Q ISO NGEPOST COMMENT.. SETELAH SEKIAN LAMA #KATROKZ
ReplyDeletejek tas iso?? nangdi ae awakmu miaaa???
Delete