Malang, 02
Desember 2014
Bahkan aku sendiri tak mengerti, apa yang tengah bergejolak di balik awan
gelap. Mendung menggantung menaungi bumi kelabu. Seharusnya ini kan menjadi
musim hujan yang indah. Dimana pelangi kan terlukis sampai ke ujung bumi dan
langit. Ku pikir begitu. Tapi ternyata, kini hanya mendung dan hawa dingin
memeluk erat.
Adakah yang tahu bagaimana caranya agar tidak sesuram itu Musim Hujan di
Bulan Desember ini? Padahal aku sudah menunggu satu momen bahagia di bulan ini.
Tapi semua terasa pucat hanya karena mendung yang tak hanya dibawa oleh awan di
langit. Aku sudah berusaha bicara pada Angin tapi ia tak juga menjawab
panggilanku. Apakah hanya karena aku tak menjawab panggilannya, ia menjadi
marah dan mengabaikan panggilan hidup dan mati dariku ini? Bahkan sampai
sekarang aku tak tahu jawabannya. Ia benar-benar selalu sukses membuatku
khawatir setengah mati. Dan sampai saat ini bahkan aku masih menunggu jawaban
dari Sang Angin. Apakah ia sedang dilanda badai dingin? Sekali lagi, firasat
ini mulai menyakitiku.
Ah, padahal musim Hujan adalah musim yang paling ku suka dan ku nanti.
Semendung apapun di langit sana, sederas apapun air yang mengguyur, sedingin
apapun hawa yang menyelimutiku, aku selalu menyukainya. Tetapi jika seperti
ini, musim hujan terasa amat dingin hingga membuatku ingin menangis. Ah, apa
yang harus aku lakukan? Menunggu terasa menyakitkan. Sesuatu....aku harus
melakukan sesuatu!
Baiklah! Semua tidak akan berubah jika aku hanya mengeluh dan menunggu! Hei
disana! Yang membuat semua terasa kelabu! Bersiaplah! Tak akan ku biarkan kamu
mengobrak-abrik apa yang ku harapkan selama ini! Akan ku pastikan aku ada untuknya
walau berbagai halangan merintangi jalanku! Semua pasti akan baik-baik saja!
Comments
Post a Comment