Malang, 12 Juni 2014
Ketika aku kembali ke taman itu, segalanya terlihat
berbeda. Apa yang ku lihat sebelumnya, tak ada lagi di sana. Tidak ada ayunan
merah lagi, tidak ada jungkat-jungkit biru, tidak ada lapangan luas, tidak ada
pancuran air, bahkan bunga-bunga ikut menghilang. Tempat penuh kenangan itu
sepi. Tidak ada anak-anak yang bermain, tidak ada suara tawa, tidak ada kicauan
burung, hampir tidak ada suara apapun. Hanya suaraku yang bergumam.
Bertanya-tanya, kemana semuanya?
Langit masih cerah dengan warna biru lembutnya. Awan-awan
seputih kapas beriringan menutupi
mentari. Di hari secerah ini, kemana semua orang?
Aku berlari mencari yang lain. Tidak ku temukan apapun.
Hanya taman terbengkalai dengan genangan air sejernih langit di beberapa tempat.
Ku pandangai segalanya. Semua benar-benar tidak sama. Aku tak mengerti. Apa
yang terjadi?
Bayangan diriku terpantul jernih di atas genangan air.
Apa yang ku lihat? Aku tidak mempercayainya. Tubuhku jauh lebih tinggi. Kedua
lenganku lebih panjang dari yang aku ingat. Rambut hitamku terurai panjang.
Kulitku terlihat bersih. Gaun putih dengan motif bunga lili merah muda melekat
di tubuhku. Benarkah ini aku? Terakhir kali aku melihat bayanganku, aku hanya
setinggi gadis berusia 7 tahun.
Apa artinya semua ini? Aku berubah? Semuanya berubah? Sudah
berapa lama sejak terakhir kali aku ke taman ini? Aku...aku...tidak tahu. Apa
yang sebenarnya terjadi?
Kepalaku terasa berputar-putar. Aku berusaha mencari
jawaban. Namun, tak satu pun aku temukan. Potongan demi potongan bayangan
menghantam kepalaku. Apa yang ku lihat? Serangannya semakin kuat membuatku
ingin memuntahkan isi perutku. Bisikan demi bisikan asing terdengar sayup di
kedua telingaku. Aku tidak mengerti apa yang mereka katakan. Ku tutupi kedua
telingaku. Aku berteriak meminta mereka untuk berhenti.
“Ku mohon hentikan! Apa yang terjadi padaku? Mengapa aku
di sini? Dimana semua orang? JAWAB!”
Awan gelap datang bergulung-gulung di angkasa. Angin
kencang bertiup membawa hawa dingin yang menusuk. Pandangan mataku kabur. Semua
yang ku lihat terlipat dari satu sisi ke sisi lain lalu terbang terbawa angin.
Aku merasa diriku tertarik ke belakang lalu terus ke belakang. Sampai tak ada
lagi yang bisa aku lihat. Segalanya terselimuti kegelapan.
Samar, aku mendengar seseorang bicara. Ia dekat sekali,
aku tahu walau aku tidak bisa melihatnya. Ada yang menyebut namaku. Suara
seorang wanita yang hangat dan lembut. Ku coba membuka mataku. Namun, aku tidak
berhasil. Sulit dan berat sekali terasa. Suara wanita itu terdengar makin
jelas. Ia bercerita tentang diriku terjatuh dari ayunan. Siapa wanita itu?
Ibuku? Ku coba membuka mataku kembali. Walau berat, aku terus berusaha. Saat
cahaya mulai menyinari kedua mataku, kegelapan itu menghilang. Sebuah lampu
putih tergantung di depanku. Walau agak samar, bau obat tercium olehku. Aku di
rumah sakit?
“Lia!” jerit suara wanita itu. “Lia! Kamu sadar nak!
Alhamdulillah.” wanita itu menggenggam tangan kananku dengan kedua tangannya.
Hangat sekali.
Jadi, taman itu hanya mimpi. Semua yang ku lihat hanya
mimpi buruk. Aku tidak pernah merasa selega ini. Ku gerakkan tangan kiriku ke
depan wajahku. Betapa terkejutnya aku saat melihat tangan kecilku sudah jauh
lebih panjang. Tidak! Ini pasti hanya lelucon! Tidak mungkin ini menjadi nyata!
Apa yang terjadi pada diriku?!
image taken from : http://quotez.co/things-change-friendship-quotes/ |
***
P.S.
I don’t have any
idea what I’ve written above. It just came to my mind when I faced this strange
reality. All things have changed. Do we have to change?
Author : Izza Zaturania
Comments
Post a Comment