Malang, 23
November 2013
Hanya ada satu jembatan tuk ke seberang.
Jembatan itu rapuh, hampir runtuh.
Kiri kanan hanya ada air dan pepohonan berakar runcing.
Langit jingga semakin muram, gelap.
Suara makhluk malam mulai terdengar.
Aku kini sendiri di seberang jembatan ini.
Hendak menyeberang namun hati tak mau.
Sudah bertahun lamanya,
jembatan itu ada.
Dan untuk ke sekian
kalinya, ku melewatinya.
Tapi tak pernah seberat
ini tuk melangkah.
Tak pernah setakut ini tuk
melihat ke depan.
Tak pernah memejamkan
mata, menutup telinga.
Tak pernah menjatuhkan air
mata.
Ah, aku ingin pulang.
Jembatan kenangan itu kini menakutkan.
Tawaku berubah tangis.
Suara hewan terdengar menghantui.
Pepohonan bagaikan monster.
Udara dingin terasa membunuhku.
Gelap... Aku seperti buta.
Sungguh, Aku ingin pulang!
“Mau pulang tidak?”
Tentu aku mau, tapi aku
takut!
“Lihat saja aku dan seberangilah jembatan.”
Bagaimana caraku
melihatmu jika hanya ada gelap di mataku?
“Gelap tak semenakutkan itu. Yakinkan dirimu. Majulah ke depan.”
Dan suara hangat dari
seberang itu menuntunku,
Aku bisa melihatnya,
tersenyum di sana.
Oh Tuhan, jangan bilang
ini hanya mimpi.
Mengapa ia selalu datang
dan menolongku lagi?
Bahkan di saat ia sudah
bersatu denganmu?
Aku bahagia Kau pertemukan
kami.
Namun, berat rasanya saat
kenyataan itu menampar.
Ia pergi, Aku sendiri.
Terima kasih sudah datang menolongku...
“Terima
kasih sudah memikirkanku.”
Kamu benar-benar pergi?
“Iya, aku
kan menunggumu di sana.”
Berat rasanya sendiri...
“Lihatlah
sekitarmu, apa kau benar-benar sendiri? Tersenyumlah ada yang menunggumu.”
Ada yang mencariku? Suara itu...
“Ya,
jalanilah hidupmu bersamanya. Ikhlaskan aku tuk ke surga.”
Semua tak akan sama, bahagiaku...
“Ciptakanlah
bahagiamu. Semua pilihan ada padamu. Kamu pilih bahagia atau sakit?”
Kamu tidak berubah. Selalu buatku tersenyum.
Bolehkah aku ke jembatan ini lagi? Tuk
mengingatmu? Kenangan kita?
“Apapun yang
kau mau lakukanlah. Selama itu tak membuatmu menderita.”
Dan ia pun pergi, melebur menjadi cahaya, terbang ke langit.
Aku tersenyum, tak menangis lagi.
Mengingatmu bukan penderitaan bagiku.
Mengingatmu membuktikan jika kamu pernah ada.
Ada dan mengisi hidupku.
Seperti
jembatan yang menghubungkan aku dengan dirimu.
Photo source : http://f-ayn-t.deviantart.com/art/Bridge-71479953 |
Yang tiada selalu ada
ReplyDeleteTanpa kita minta
Membersamai di jiwa
Meski raga tak lagi bersama :D
selalu berada di benak dan hati sepanjang waktu :D
Delete