Malang, 24 September 2013
Entah ini sudah senja yang ke berapa kali
menghampiriku selama aku berada di Kota Bunga ini. Sudah beratus hari yang
berarti beratus senja. Selama itu pula, aku tak pernah tak merasa takjub
melihat keindahan warna senja yang indah namun menyedihkan.
Banyak puisi yang mengungkap, senja pertanda
perpisahan. Warna senja identik dengan kesedihan. Peralihan dari siang ke malam
ini, sering dipuja tak jarang dikutuk. Apakah perasaan tersebut salah senja?
Apakah tujuan Yang Maha Kuasa menciptakan senja untuk membuat manusia merasa
sedih?
Warna senja itu sangat indah. Jingga, oranye,
merah, kadang keunguan, warna-warna itu menghias langit di ufuk barat. Warnanya
ceria tapi tak lama. Warna-warnanya hanya dapat dinikmati dalam hitungan menit.
Ya ini memang terasa menyedihkan. Betapa keindahan ini hanya bisa dinikmati
sesaat. Lukisan Tuhan itu, akan segera digantikan warna gelap sang malam.
Ya ku akui, memang terasa melow dan lembut saat menikmati
senja dengan desiran angin dingin pertanda malam akan tiba. Rasanya indah tapi
kenapa sebentar? Rasanya seperti bertemu dengan apa yang dinanti. Tetapi
sesuatu itu akan segera pergi dari pandangan. Ya, hati terasa seperti akan
kehilangan sesutau yang berharga. Ia datang setelah berjam-jam lamanya siang
hari membakar. Ia seperti diusir pergi oleh sang malam yang kan menyelimuti
bumi dengan gelapnya bertabur bintang. Indah, menenangkan, selalu membuat
rindu, tetapi tak lama. Itulah senja bagiku. Ya, senja terasa melengkapi hati sekaligus
meninggalkannya.
Segala perasaan itu bukan salah senja juga
bukan salah Tuhan. Itulah senja. Itulah perasaan manusia yang menafsirkannya. Senja
pertanda hari telah berakhir dan hari baru kan menanti keesokan hari. Dia
menyapa tuk mengingatkan manusia. Waktu selalu berputar apapun yang terjadi. Ia
memang menjadi tanda perpisahan. Tetapi tak selalu tanda kesedihan. Setelah
senja pergi, langit masih terlihat indah dengan warna gelap sang malam dan
terangnya bintang. Tak buruk kan? Bagiku setelah senja, aku bisa melihat satu
bintang terang favoritku yang selalu menyapa kala malam tiba. Senja juga
menjadi pertanda “Hei, persiapkan dirimu tuk hari esok! Belajarlah dari apa
yang kau dapat hari ini supaya hari esokmu jauh lebih baik!” Ya....bisa jadi
bukan?
Entah apa tujuan Tuhan menciptakan peralihan
waktu bernama senja ini. Hanya sebatas lukisan indah menghias langitkah? Atau ada
banyak arti dari warna-warnanya yang amat menakjubkan? Sepertinya, itu menjadi
tugas manusia di dunia untuk bisa memaknainya. Tapi, aku selalu menyukai warna
senja yang sedikit menyelipkan kesedihan dan kerinduan tetapi membuat
bersemangat tuk menyambut hari baru. Apa salahnya? Tak ada bukan?! Senja itu
indah sekali di mata dan hati. Senja itu warna langit yang amat menakjubkan. Senja
selalu membawa perasaan yang tak dapat dideskripsikan. Itulah lukisan Tuhan
bernama senja. Itulah senja!
Kalau dilihat mata baru kelihatan keren banget! |
Jingga kemerah-merahan dengan nuansa ungu awan. Subhanallah! |
Terinspirasi dari indahnya langit senja Kota Malang yang terlihat dari beranda
kamar
@zaturania
Tapi malam pun indah ^^ dengan hamparan kerlap-kerlip rasi bintang di atas sana :)
ReplyDeletebenar, bagaikan berlian di angkasa :D
Delete