Malang, 14 Juni 2013
Pasti semua pembaca di sini sudah tahu dengan istilah “Bullying”.
Istilah yang memiliki arti aksi kekerasan fisik dan psikis yang sering terjadi
di kalangan anak sekolahan ini sudah santer terdengan seantero dunia. Ya,
memang aksi kekerasan macam ini entah kenapa selalu dikaitkan dengan anak
sekolahan. Tidak peduli mau SD, SMP, atau SMA, aksi bullying kerap kali terjadi
dan menimpa siswa atau siswi yang dianggap lemah.
Jujur, semasa sekolah dulu aku menjadi korban bullying
beberapa teman sekelas dan satu sekolahku. Sejak SD hingga aku SMA, hampir
setiap hari selalu saja ada perlakuan buruk yang aku terima dari mereka. Namun,
aksi bullying yang menimpaku bukan dalam artian kekerasan secara fisik seperti
yang dialami oleh anak SMP di Korea Selatan yang nekad bunuh diri karena tindakan
kekerasan fisik di sekolah. Yang aku terima adalah tindakan kekerasan secara
mental atau psikis. Selama bertahun-tahun, kepercayaan diri dan mentalku selalu
diserang oleh “teman-teman” sekolahku. Tetapi justru menurutku, bullying
semacam ini yang paling menyakitkan dan masih berdampak hingga aku dewasa.
photo from http://whatwillmatter.com/wp-content/uploads/2012/04/AA-Bullying-nothing-that-makes-someone-feel-bad-is-good.png |
Sewaktu aku masih di Sekolah Dasar, entah karena alasan
apa, teman-teman lelaki di kelasku selalu mengejekku dengan ucapan-ucapan yang
sungguh membuatku sakit hati. Aku memang sudah melupakan sebagian besar
kenangan itu, namun wajah dan nama orang-orang yang memperlakukanku dengan
buruk masih ku ingat dengan jelas sampai sekarang. Tidak hanya teman lelaki,
beberapa teman perempuan di kelasku pun juga bertindak hal yang sama. Mereka
menjelek-jelekkan fisikku yang di mata mereka tak terlihat sempurna. Mereka
selalu membuatku menangis di sekolah. Mereka membesar-besarkan kesalahan yang
ku buat. Mereka sering menjodoh-jodohkan aku dengan teman lelaki yang dekat
denganku tanpa memikirkan perasaanku. Mungkin niat mereka bercanda, tetapi
menurutku diperlakukan seperti itu setiap hari di sekolah sampai di lingkungan
rumah adalah hal yang mengerikan. Tak jarang, aku menangis saat pulang
ke rumah.
Di masa kecilku ini juga, aku selalu mengalami perlakuan
buruk di tempatku mengaji. Teman-teman dan senior mengajiku, selalu
memperlakukanku bagaikan anak tiri. Mereka menomorduakanku dibandingkan
juniorku. Mereka tak mau berteman denganku. Menjauhiku. Membicarakanku di
belakang. Karena sikap mereka itulah, aku berhenti mengaji di tempat itu.
Di SMP, aku juga menerima perlakuan yang sama. Ada satu
cowok yang entah kenapa juga sangat membenciku. Setiap kali bertemu baik di
kelas maupun di luar kelas, ia dengan suara yang keras meledek kekurangan fisikku
di depan teman-teman lelaki yang sekelas denganku. Karena dia, teman-teman
lelaki satu kelasku membenciku dan memperlakukanku dengan buruk. Setiap hari,
mereka selalu mengejekku. Mereka selalu menertawai aku. Mereka selalu tak
menganggapku. Perlakuan itu aku terima
selama 3 tahun aku di SMP. Aku bisa bertahan. Walau hatiku hancur rasanya harus
menerima perlakuan buruk terus menerus. Teman-teman cewek sekelas pun juga
sama, mereka menjauhi aku tanpa alasan yang jelas. Semua seakan-akan tak ada
yang berpihak padaku. Tak ada yang
menolongku.
Masa SMA yang katanya indah bagiku hanya omong kosong. Aku
masih mengalami penindasan psikis walau tak separah masa SD dan SMP. Ada saja teman lelaki yang menghina
kekuranganku secara fisik. Tanpa memikirkan perasaanku, mereka menghinaku di
depan teman-teman yang lain. Tak ada yang membelaku. Tak ada yang menghentikan
mereka. Mereka justru tertawa. Menertawaiku yang tak bisa apa-apa. Aku hanya
bisa diam. Aku ingin melawan. Tapi aku hanya sendiri.
Aku tak ingin mengingat masa sekolahku dulu. Bahkan sekarang,
aku sudah banyak melupakan masa kecil dan masa ABG yang ku alami dulu. Karena
itulah, saat teman-temanku menceritakan masa kecilnya, aku tak banyak bisa bercerita.
Aku sudah melupakan itu semua. Bukan, aku berusaha tuk menghapus kenangan berat
itu.
Mungkin inilah efek penindasan yang ku alami semasa kecil
dulu. Aku menjadi orang yang menutup diri dari lingkungan rumahku. Aku tak mau
menemui teman SD, SMP, dan SMA yang dulu menyiksaku. Aku hanya membuka diri
pada teman-teman yang mau menerimaku apa adanya. Untuk teman-teman yang pernah
meremukkan hatiku, tak ada tempat baginya.
Setiap kali ada reuni teman mengaji, SD, dan SMP, aku
tidak mau hadir sekalipun. Padahal kedua
orang tuaku sudah menyarankan untuk hadir, tetapi aku tetap tidak mau. Setiap
kali ada pertemuan remaja lingkungan rumah, aku tidak mau datang. Itu karena
perlakuan mereka padaku masih saja sama. Mereka menghinaku tanpa alasan yang
jelas. Setiap kali liburan kuliah di rumahku di Bali, aku hanya mengurung diri
di rumah. Aku hanya mau keluar bersama teman jika itu teman-teman baikku semasa
SMA.
Aku tahu aku ini makhluk sosial yang butuh orang lain.
Mungkin suatu saat aku ada perlu dengan teman-teman yang dulu menindasku.
Tetapi, sulit rasanya. Inilah caraku melindungi diriku dari rasa sakit yang ku
alami dulu. Aku tak mau mengulang lagi perasaan tersakiti ini. Aku menjadi
orang yang overprotective terhadap diriku sendiri. Aku sadar itu.
Setelah mencapai masa kepala dua, aku tersadar dampak psikis
dari perlakuan buruk yang aku terima semasa sekolah. Tetapi, aku bisa bangkit
dan memiliki kehidupanku yang sekarang. Aku kuliah di Universitas Negeri
ternama di Kota Malang dan prestasiku juga bagus. Aku bisa menunjukkan ke
orang-orang yang dulu menghinaku bahwa aku bisa jauh lebih baik dari mereka!
Aku berprestasi! Aku bisa memiliki banyak teman! Aku bisa meraih cita-citaku! Aku
jauh lebih baik dari mereka! Aku bisa bangkit! Aku menjadi lebih kuat! Tidak
seperti mereka!
Karena itulah, siapapun yang dulu merasa memperlakukanku
dengan buruk semasa sekolah yang sedang membaca ini! Kamu tahu kamu tak akan
bisa menyakitiku sekarang. Aku sudah jauh lebih baik dari kalian di sana! Ucapan
buruk apapun yang kalian lontarkan gak akan melukaiku lagi! Kalian tahu, karena
perlakuan kalian aku bisa mencapai prestasiku!
Someday I'll
be living in a big ol' city
And all
you're ever going to be is mean
Someday I'll
be big enough so you can't hit me
And all
you're ever going to be is mean
Why you
gotta be so mean?
(Mean-Taylor Swift,
taken from KapanLagi.com)
Tulisan spesial buat para Bullyers aku dulu!
What a touching story :(
ReplyDeletethank you, it is based on true story of mine..... :D
Delete