Di hari Sabtu yang awalnya sangat cerah tanpa pertanda awan mendung menggantung, seorang gadis dewasa tanggung bernama Izza merasa sangat bosan dengan rutinitas hari Sabtunya yang membosankan. Apalagi kalau bukan mengerjakan tugas kuliah yang terasa tak ada habisnya. Izza bingung harus melakukan kegiatan apa di Sabtu yang panas ini. Mengerjakan paper ah hanya bisa membuat bingung. Tidur? Bukan ide yang bagus buat Izza yang akan menderita insomnia akut jika ia tidur siang. Ke perpustakaan kota? Ah terlalu ramai di weekend seperti ini.
Terpikir olehnya tuk jalan-jalan ke MATOS. Namun, pikiran itu segera ditepis mengingat mall hanya membuatnya bertambah bosan. Akhirnya ia pun memutuskan untuk melakukan ritual setiap bulan yaitu membeli buku. Ia sudah bertekad untuk membudayakan satu bulan paling tidak satu buku. Dan berangkatlah Izza menuju Toko Buku Gramedia yang terletak di pusat Kota Malang bersama dengan kereta setianya yaitu Angkot biru.
Menghabiskan waktu di Toko Buku merupakan kegiatan kesukaan Izza. Berputar-putar sambil mengamati buku. Membaca sinopsis buku yang tercetak di sampul belakang lalu mengembalikannya kembali ke rak buku sudah bukan menjadi hal yang melelahkan. Namun, Izza tidak sadar bahwa badai hujan yang masih mengambang di atas sudah keberatan menahan jutaan liter air. Ya, hujan turun dengan derasnya mengurung Izza yang ada di Toko Buku.
|
Iseng ambil foto ini saat hujan deras mengguyur Kota Malang |
|
Itu adalah bangunan gereja peninggalan Belanda |
Namun, jika Tuhan telah berkehendak maka tak satu pun yang dapat menentang. Hujan deras telah berhenti. Izza bebas dari kepungan air di luar sana. Dengan wajah senang karena mendapatkan buku yang diinginkannya, Izza memutuskan tuk melihat-lihat alun-alun Kota Malang beserta gedung-gedung tua yang mengelilinginya.
|
Di depan Sarinah |
|
Kalau tidak salah bama gereja ini Gereja Emmanuel |
|
Air mancur di alun-alun |
|
Masjid Jami' |
Mumpung lagi keluar, Izza tak menyia-nyiakan waktu itu untuk berkunjung ke kantor Pos pusat Kota Malang. Izza menemukan dua buah bis surat kuno di depan kantor Pos. Keren sekali pikirnya. Dengan bermodalkan uang Rp 10.000 Izza membeli 4 buah perangko seharga Rp 2500. Dan dengan perangko-perangko itu, kartu pos asli buatan tangannya siap terbang menuju ke penerima.
|
Bis Surat jaman Belanda |
|
Kantor Pos pusat Kota Malang |
|
Buku Baru aku.... Keren lho! |
Comments
Post a Comment