Malang, 09
Januari 2013
Di kerajaan
semut, setiap semut memiliki tugas pentingnya masing-masing. Tak terkecuali Si
Mumut yang bertugas sebagai semut pekerja. Sebagai semut pekerja Mumut yang
berbadan kecil bertugas mencari dan mengangkut makanan yang ukurannya dapat 2
kali lebih besar dari tubuhnya ke kerajaan semut merah di bawah tanah. Tugas
yang berat memang. Tetapi, Mumut tidak pernah mengeluh karena ia sangat
menyukai pekerjaannya.
Suatu hari di
saat semua tanaman di sekitar kerajaan semut merah meranggas, Mumut tak dapat
menemukan bahan makanan untuk dibawa pulang. Mumut pada akhirnya memutuskan
untuk mencari makanan di tempat yang agak jauh. Ia kemudian sampai di sebuah
rumah tempat manusia tinggal. Mumut mendapati rumah itu sangat sederhana dengan
pagar kayu yang sudah lapuk. Mumut yang penasaran akan makanan yang mungkin
tersedia di dalam memutuskan untuk memasuki rumah itu lewat celah kecil di
bawah pintu masuk. Namun, betapa kagetnya ia saat mendapati isi rumah itu
terlihat berkilauan dan dipenuhi dengan barang-barang bagus dan mewah. ‘Bagaimana
bisa rumah yang terlihat mau roboh ternyata memiliki benda-benda semahal itu?’
pikirnya. Masih dengan tatapan heran, Mumut melangkahkan kaki-kaki mungilnya
menuju ke arah bebauan lezat yang menggoda.
Setelah
mengikuti wangi yang manis dan menggoda itu sampailah Mumut ke sebuah ruangan
yang dipenuhi dengan makanan manis seperti tart, pancake, brownies, donat, dan
kue manis lainnya. Semua makanan terlihat sangat lezat sehingga membuat Mumut
ingin memakannya sendiri. Namun, ia sadar akan kewajibannya sebagai semut
pekerja. Mumut hanya mengambil sedikit potongan rainbow cake untuk dibawa ke
kerajaan. Saat ia hendak menuju celah pintu untuk keluar, Mumut mendapati
seekor tikus kurus yang sedang menggigit kertas-kertas segi empat panjang
berwarna merah dengan banyak angka nol.
“Apa yang kamu gigit
tikus?” tanya Mumut pada tikus itu.
“Aku ingin
merobek-robek kertas pembawa masalah ini!”
“Kenapa?” tanya
Mumut lagi dengan polosnya.
“Kertas bernama
uang ini telah membuat nama baik spesies tikus tercemar! Manusia telah menggunakan
nama kami untuk memberi label manusia yang rakus mengambil kertas-kertas ini
dari rakyat jelata! Padahal kami bangsa tikus tidak serakus itu. Kami selalu
mengambil makanan hanya untuk bertahan
hidup dan hanya sebanyak yang kami butuhkan. Perlakuan manusia kali ini sudah
sangat berlebihan. Membuat nama kami layaknya kriminal tak terampuni!”
“Lalu, apakah
manusia di rumah ini juga seperti “tikus” yang kau katakan tadi?”
“Tidak, manusia
di rumah ini jauh lebih rendah dari
tikus! Dengan serakah ia mengambil hak orang lain! Dengan tampang tak tahu malu
mereka berbohong pada rakyat demi kesenangan diri sendiri! Hei kau semut,
janganlah kau bawa kue itu. Itu kue haram dari uang haram manusia itu!”
“Benarkah?
Tetapi aku harus membawa pulang makanan untuk para rakyat semut.”
“Sudahlah,
letakkan kue itu. Apa kau mau rakyatmu memakan makanan haram berasal dari
manusia busuk itu. Heh! Aku saja yang seekor tikus tak mau menyentuh makanan di
rumah ini!”
“Tetapi, jika
aku ambil sedikit tidak akan...”
“Sedikit atau
banyak sama saja! Itu tak akan mengubah status keharaman kue itu. Percayalah
padaku! Carilah makanan di tempat lain jangan di sini!”
“Kenapa harus
seperti itu?”
“Sekali saja kau
tercebur ke hal kotor penuh keserakahan kau akan ketagihan untuk melakukannya
sampai berkali-kali! Kau pikir seperti apa pada akhirnya orang seperti itu?
Mereka akan mati dalam ketakutan dan rasa bersalah! Orang-orang di sekitar
mereka akan sedih dan menderita penyakit batin! Sudah dengarkan saja aku! Buang
kue itu dan jangan pernah kembali ke rumah ini! Pergi!” usir si tikus dengan
nada yang begitu membuat takut Mumut.
Pada akhirnya
Mumut pergi meninggalkan rumah itu dengan penuh kekecewaan karena tak dapat
membawa kue lezat. Mumut masih tak terlalu paham dengan perkataan si tikus.
Namun, ia yakin peringatan si tikus memiliki alasan yang kuat.
***
Kerajaan semut
yang tenang di bawah tanah tiba-tiba saja terusik dengan suara nyaring dan
suara mesin. Selain itu, suara derak kaki yang banyak mengakibatkan kerajaan
sedikit terguncang. Mumut yang penasaran, muncul ke permukaan diikuti dengan
temannya Lulu. Saat itulah ia melihat beberapa mobil dengan lampu berputar
berwarna merah dan biru di atasnya. Manusia berseragam cokelat dengan pistol di
pinggang juga terlihat berkerumun di depan rumah sederhana namun mewah di dalam
itu. Seorang pria tambun mengenakan jas berkilauan tiba-tiba saja keluar dari
rumah itu dengan dua orang pria berseragam di kiri dan kanannya. Kedua tangan
pria itu terikat oleh semacam gelang besi yang belum pernah dilihat Mumut
sebelumnya. ‘Apakah manusia ini yang dikatakan si tikus saat itu?’ pikir Mumut.
‘Manusia macam inikah yang lebih rendah dari tikus?’ pikir Mumut lagi.
“Mut, kamu tahu
siapa pria gendut itu?” tanya Lulu teman baik Mumut.
“Iya, ia makhluk
serakah yang lebih rendah dari tikus!’ jawab Mumut tegas.
“Apa yang ia
lakukan Mut?”
“Hal serakah
yang membuat 1000 bahkan 100.000 manusia menderita. Sudahlah, kita para semut
tak akan mengerti hal itu. Itu perkara manusia yang harus mereka selesaikan
sendiri! Doakan saja semoga mereka tenteram seperti kerajaan kita!”
“Hmm....Baiklah.”
---THE END---
P.S : Aku tidak tahu harus bikin cerita apa, sampai pada akhirnya terpikir buat cerita kayak gini. Maaf ya kalo agak absurd. Hehe :)
Comments
Post a Comment