Skip to main content

Hari Ke-29 : Cinta, Novel, dan Kamu (Cerpen Zaturania)


Cinta, Novel, dan Kamu

“Haruskah aku membaca novel percintaan ala remaja labil supaya aku tahu apa itu cinta? Supaya aku tahu bagaimana rasanya jatuh cinta?” tanya gadis berjilbab merah yang duduk di depanku tanpa diduga. Masih dengan membolak-balik halaman demi halaman novel kisah cinta ala remaja tahun 90an yang baru saja dibelinya di toko buku di Jalan Basuki Rahmat Kota Malang, Shania tak mempedulikan minuman hangat rasa coklatnya yang kini mulai dingin. Matanya terlihat hanya fokus pada deretan kalimat dalam karya sastra itu.
“Aku tidak tahu harus menjawab apa. Seharusnya kamu bertanya pada orang yang lebih tahu tentang cinta atau apalah itu.”melahap sebuah beef burger dan menatap ke arah patung badut yang duduk di atas kursi panjang sekiranya dapat membuatku kabur dari pertanyaannya. Pada kenyataannya aku benci sekali melihat maskot tempat makan cepat saji yang kali ini menjadi lokasi makan siang kami.
“Kenapa? Bukankah Surya punya pacar? Pacarmu yang cantik bikin kamu cinta dia kan?” ucapnya dengan pandangan mata yang sepertinya meragukan diriku.
Sejenak aku terpikir berbagai hal asing yang berkecamuk dalam otakku yang berkaitan dengan pertanyaannya. Cinta? Pacar? Apakah kedua hal tersebut harus saling berkaitan? Aku sendiri tak mengerti apakah aku mencintai dia yang sekarang menjadi pacarku. Aku sendiri tak tahu bagaimana perasaan cintaku terhadapnya. Kenapa Shania menanyakan hal-hal yang tak bisa aku jelaskan secara logis? Bagiku yang telah terkontaminasi oleh pemikiran-pemikiran realis, cinta dan pacar kini tak lagi harus berkaitan. Bisa saja bukan, seorang pria membina hubungan spesial dengan lawan jenisnya tak berdasarkan kata ajaib yang diagungkan oleh manusia ini. Apakah cinta benar-benar saling terkait dengan hubungan? Ingin aku menjawab pertanyaannya dengan pemikiranku ini. Namun, aku tak yakin pemikirannya yang identik dengan sastra setuju dengan pendapatku.
“Cinta atau tidak itu tidak ada hubungannya dengan kamu Shan. Ada apa denganmu sampai kamu bertanya soal cinta padaku?”
 “Aku hanya ingin tahu pendapatmu tentang bagaimana rasanya dicintai dan mencintai seseorang yang berharga buat kamu. Kamu yang sudah punya pacar mungkin dapat membantuku yang buta akan kata yang bagaikan sihir candu ini. Aku ingin merasakannya walaupun hanya sekali dalam seumur hidup.” Saat mengatakan ini pandangan matanya begitu lembut menatap ke luar dimana semua terlihat basah akibat guyuran air hujan yang masih jatuh dengan derasnya.  Situasi restoran yang tenang dengan suara hujan tak setenang otak dan batinku yang tak tahu harus menjawab apa.
Mungkin memang benar bahwa “cinta” adalah kata sihir yang dapat menjadi candu. Sifat candu yang membuat pengkonsumsinya merasa senang namun memabukkan dan membuat ketagihan bisa menjadi sifat cinta. Seseorang akan merasa begitu bahagianya ketika benih cinta mulai tumbuh dan bersemi di hati. Saking kuatnya perasaan tersebut, seseorang dapat mengabaikan segala hal duniawi. Setidaknya itulah yang sering digambarkan dalam komik serta novel percintaan ala remaja yang sering aku baca ketika masih berada di bangku SD hingga SMA. Entah apakah hal tersebut hanyalah karangan si penulis demi mendongkrak penjualan komik dan novel yang pangsa pasarnya adalah ABG. Namun bisa jadi hal tersebut adalah gambaran perasaan seseorang yang benar-benar sedang mengalami jatuh cinta. Perasaan berdebar di dada yang tak dapat kau kendalikan ketika bertemu dengan dirinya yang kau suka. Perasaan tak rela ketika melihat dirinya bersama dengan orang lain selain dirimu. Aku sendiri tak dapat mengetahui dengan pasti apakah perasaan seperti itu memang ada. Ataukah aku yang sudah lupa?
“Bukan berarti kamu harus meminta jawaban padaku kan? Aku bukanlah pujangga cinta yang dapat dengan leluasanya mendeskripsikan apa itu cinta melalui sajak-sajak indah. Aku bukanlah orang yang mengagungkan cinta di atas rasional. Kamu tahu itu. Tetapi kenapa kamu selalu menanyakan cinta padaku?”nada suaraku agak meninggi pertanda aku mulai jenuh dan kesal dengan obrolah bertopik cinta ini. Alasannya hanyalah karena aku tak memiliki referensi yang dapat ku jadikan jawaban atas pertanyaan demi pertanyaan yang ditanyakan Shania. Jika boleh memiliki aku lebih suka membahas isu sosial atau politik yang kini sedang menjadi topik hangat di media massa.  Latar belakang dan pengalamanku sebagai ketua EM Universitas Brawijaya Malang sangatlah menunjang dalam hal-hal tersebut.
“Karena itulah di awal tadi aku mengatakan haruskah aku membaca novel cinta ala remaja supaya aku tahu cinta. Jujur saja sudah banyak novel percintaan yang aku baca selama ini. Mereka sangat bagus. Pencitraan cinta ada berbagai macam. Mulai yang indah nan megah sampai cinta yang sangat menyakitkan dan membunuh. Tetapi, itu hanyalah apa yang aku baca di buku. Semua itu hanyalah pencitraan yang tergantung pada masing-masing pengarang. Aku ingin tahu cinta dari orang yang mengalaminya. Dan aku ingin tahu itu dari orang yang dekat denganku.”ucapnya masih dengan pandangan lembutnya yang kini beralih pada novel “Perahu Kertas” karya Dewi “Dee” Lestari. Mendengar respon darinya aku hanya bisa menggaruk kepala dan mengacak rambutku yang kini telah panjang. Aku tak habis pikir kemana pembicaraan ini akan berakhir.
“Lalu, apakah dengan mengetahui dari orang lain kamu mengetahui arti cinta yang sesungguhnya? Apakah itu memuaskan rasa ingin tahumu?”
Kedua bola mata Shania memandangku dengan pandangan terkejut. Tak lama ia pun mengalihkan pandangannya ke arah toko es krim yang berdiri sejak jaman penjajahan Belanda yang terletak di seberang jalan. Ekspresinya membuatku merasa agak bersalah. Sepertinya pertanyaanku membuatnya merasa lebih tak nyaman lagi.
“Tidak, itu tidak akan pernah memuaskan rasa penasaranku. Meskipun aku bertanya pada seluruh manusia yang hidup di dunia ini, aku tidak akan menemukan jawabannya.” Pandangannya menuju pada sebuah burger daging bersaus merah yang digenggamnya. Tetapi, pikirannya seperti sedang berpetualang dalam imajinasinya.
          Suasana yang diam seperti ini sejujurnya membuatku merasa tak nyaman. Kemana Shania yang selalu ceria menceritakan isi novel yang sering ia baca? Kemana diriku yang selalu bisa menjawab pertanyaannya? Terima kasih pada obrolan mengenai cinta ini. Kami yang sudah mengenal sejak masih di Sekolah Dasar, hari ini bagaikan dua orang asing yang tak mengenal satu sama lain.
          “Sur, apa kamu mencintai pacarmu? Tolong jawab ini dengan jujur.”
           Seketika aku terdiam. Mataku memandang ke arah jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kananku. Jam tangan yang kini sudah memiliki banyak goresan beserta kenangan bersama orang yang sampai sekarang masih spesial buatku.
 “Aku cinta padanya Shan. Tapi aku lupa bagaimana caraku mencintainya dulu. Mungkin aku mencintainya dengan cara yang berbeda sekarang. Sejak saat dia mengucapkan kata cinta untuk terakhir kalinya sebelum pergi ke surga, aku sudah memutuskan untuk merelakan dia pergi sebagai caraku untuk mencintai Aina.”aku mengakhiri ucapanku dengan helaan nafas panjang. Itulah yang ada di pikiranku mengenai cinta. Merelakan orang yang aku cintai hidup bersama Yang Kuasa di tempat terbaik di dunia.
          “Jadi Kak Aina masih kamu anggap sebagai pacar walaupun ia sudah meninggal 5 tahun  yang lalu? Jadi itu adalah cinta bagimu? Kamu menyedihkan.”
          “Apa maksudmu Shan? Ini tidak seperti dirimu yang biasanya.” seketika aku meletakkan segelas kopi hangat yang belum sempat aku seruput isinya.
          “Ya, kamu masih menjaga cintamu hanya untuk dirimu sendiri. Kamu hanya membaginya bersama Kak Aina yang telah tiada. Kamu egois. Kamu pikir kamu akan bahagia kelak? Kamu pikir itu yang diinginkan Kak Aina? Kamu itu tampan, postur tubuhmu juga tinggi, di kampus kamu berprestasi dan seorang aktivis. Dengan kepopuleranmu, kamu pasti dicintai oleh gadis-gadis. Paling tidak pasti ada satu yang benar-benar kamu sukai kan? Satu yang ingin kamu bagi cintamu bersamanya.”
          “Egois? Gadis lain? Apa maksudmu? Jika memang itu caraku mencintai seseorang walaupun orang itu telah tiada, biarkanlah seperti itu. Setiap orang punya caranya sendiri untuk mencintai orang yang berharga chan.”
          “Tidak!” ucap Shania dengan kerasnya. Aku tak menyangka sama sekali apa yang terjadi padanya. Kedua bola matanya menatapku tajam. Aku tak bisa berkutik untuk membalas ucapannya. Aku hanya bisa terdiam dan bertanya-tanya dalam benakku apa yang terjadi padanya.
          “Aku tak bisa berdiam diri Sur. Kamu itu sedang butuh pertolongan. Kamu butuh itu lebih dari aku. Kamu pikir selama ini aku tidak tahu kondisimu? Aku tahu semua. Aku tahu kamu merasa kesepian. Aku tahu kamu sering menitikkan air mata saat kamu memandang foto Kak Aina. Aku ingin menolongmu.” ucap Shania sambil mengusap kedua pipinya yang basah akibat hujan yang turun dari kedua mata coklatnya yang indah.
          Mendengar ucapan Sachan, aku kembali terdiam. Batinku merasa sakit sekaligus lega. Sakit yang ku rasa adalah hasil dari kebohongan yang selama ini telah menyakiti diriku terlebih seseorang yang berada di sekitarku. Perasaan lega menjadi obat rasa sakit karena ternyata ada orang yang mengerti perasaanku lebih dari diriku sendiri. Akhirnya aku menyadari bahwa kini sudah tak seharusnya aku menyembunyikan perasaan kesepianku. Akhirnya aku bisa lepas dari kungkungan rasa cinta untuk memuaskan diriku sendiri. Maafkan aku Aina, rasa cintaku memang sempat hanya untukmu. Namun, kini aku ingin membagi rasa cintaku untuk orang lain. Ini bukan hanya demi kebahagianku. Aku lakukan ini demi kebahagiaan orang yang selama ini selalu memberiku arti untuk dicintai dan mencintai.
          “Kamu benar-benar ingin menolongku Shan? Kalau iya, pertama hentikan dulu tangismu. Kamu sudah 20 tahun, malu kalau dilihat orang.” wajah Shania terlihat kesal mendengar ucapanku. Itulah salah satu jurusku untuk membuatnya ceria. Aku lebih suka melihat wajah kesalnya daripada wajahnya yang menangis.
          “Kamu ingin tahu rasanya jatuh cinta bukan? Kamu bisa membantuku dengan itu.”
          “Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.”
          “Bagaimana kalau kamu mencoba mencintaiku. Dengan itu mungkin jawaban yang kamu cari akan kamu temukan. Aku juga akan mencoba mencintaimu mulai dari sekarang. Mungkin belum bisa dikatakan sebagai perasaan cinta sebagai kekasih. Tetapi, cinta sebagai teman. Terima kasih karena sudah mengkhawatirkan aku.”
          “Aku tak perlu belajar atau mencoba lagi Sur. Aku juga tak membutuhkan deskripsi cinta dalam novel, puisi, dan komik. Aku hanya butuh kamu. Jawabanku ada padamu.”
          Wajah Shania memerah. Aku pun demikian. Hawa panas terasa merambat ke wajahku di tengah dinginnya udara sehabis hujan. Melihat Shania yang tersipu malu dengan senyuman manis dan lesung pipit di pipi kirinya, aku menjadi salah tingkah. Aku bahkan melakukan kesalahan dengan tidak sengaja melahap burger milik Shania yang rasanya pedas. Melihat aku yang kepedasan, Shania tertawa dengan lepasnya seakan beban yang selama ini ia tanggung terbang ke langit luas. Ia terlihat sangat bahagia, begitu pula yang aku rasakan.
---THE END---

P.s : Cerpen karya zaturania yang dibuat pada tanggal 28 Desember 2012.

Comments

What's Popular Here?

Contoh Surat Lamaran Menjadi Asisten Dosen Berbahasa Inggris

For you who still get confuse in writing application letter for being lecturer assistant, this post will help you to write it. This is kind of application letter in English. Actually, there are some versions of the letter patterns. This one is the example that I got from my senior. You can use it. You may also revise it as you need. Good Luck with your application! Izzatur Rahmaniyah Jl. Gunung Antah Beranta No.99 Fiore Island +6281 XXX XXX XXX XX_XXl@yahoo.co.id October 30 th , 2012 Mrs. Erza Scarlet Lecturer of English Program Department of Language and Literature Faculty of Culture Studies Dear Madam, I am very much interested in the open recruitment on Faculty of Culture Studies that you are looking for some Assistants Lecture with requirements; GPA > 3.00, minimum in fifth semester, curriculum vitae, and letter of recommendation. I am a student of 5th semester with GPA X,XX. I am very self motivated, have willing to learn new things and work ha...

Ceritaku di Bandara Juanda #KKN

Malang, 24 Agustus 2013 Mungkin apa yang aku ceritakan di sini menjadi pengalamanku yang pertama dan terakhir. Sebulan lamanya aku berada di tempat itu. Selama itu pula banyak hal-hal baru yang ku hadapi. Ya, pengalaman KKN atau bisa dibilang pengalaman magangku di Bandar Udara Internasional Juanda menjadi satu kenangan tak terlupakan yang ku alami tahun ini. Siapa yang menyangka mendapat kesempatan magang di Bandara Juanda akan membuka mataku seperti apa dunia lain itu. Hari Senin tanggal 01 Juli 2013, secara resmi aku telah masuk ke dunia kerja bersama dengan teman-temanku yang lain. Gedung Angkasa Pura I Bandara Juanda menjadi saksi bisu perjuangan kami menyelesaikan mata kuliah KKN. Awalnya nervous saat berada di gedung itu untuk pertama kalinya. Takut jika aku akan melakukan kesalahan di hari pertama. Tetapi saat berada di sana, takjub juga rasanya. Hari itu untuk pertama kalinya aku melihat deretan-deretan pesawat besar yang parkir di gedung AOB. Yea,,,that was my first ...

Sikap Positif Demi Pendidikan Bangsa Indonesia (Esai Karangan Izza)

Assalamualaikum pembaca sekalian. Lama ya gak corat-coret di sini,,,hehe. Kali ini aku mau sharing beberapa tulisanku. Salah satunya esai ini. Tujuan posting ini sih karena ibadah. Maksudnya bagi-bagi ilmu buat dimanfaatkan khalayak umum. Esai ini sempat menempati ranking 23 di salah satu kompetisi esai tingkat nasional yang diselenggarakan di Surabaya. Ini masih amatir banget buatnya. Tapi ketimbang membusuk di hardisk laptop mendingan dijadikan referensi aja ya kan? Kalian boleh copy paste esai ini.. ASAL! mencantumkan nama penulis dan sumbernya. Say NO to Plagiarism! Sikap Positif Demi Pendidikan Bangsa Indonesia Polemik pendidikan di Indonesia bukanlah hal yang sederhana. Ada begitu banyak permasalahan pendidikan di negeri ini yang membutuhkan penyelesaian. Permasalahan tersebut tidak hanya berupa permasalahan anggaran pendidikan namun juga merambah ke peraturan perundang-undangan mengenai pendidikan dan sistem pendidikan. Penyebab dari permasalahan yang muncul pun bermacam...