Malang, 05 Mei 2012
Di mana ada gula di situ ada semut. Pepatah ini sudah
sangat familiar di telinga kita bukan? Pepatah inilah yang bisa
merepresentasikan tulisanku kali ini. Kali ini aku bercerita tentang sebuah
tempat terpencil di sebuah universitas besar yakni Universitas Brawijaya di
mana tempat ini selalu dipenuhi oleh “semut”.
Lokasi tempat berkumpulnya “semut” yang mencari makan ini
sangatlah terpencil. Terletak di daerah pinggiran universitas tepatnya di dekat
kawasan UKM UB dan secara kasat mata agak sulit untuk dikenali. Tempat ini
memiliki pintu masuk yang terbuat dari seng yang diatur sedemikian rupa
sehingga membuat orang-orang berpikir itu hanyalah pagar penutup biasa. Pagar
seng biasa namun membawa kita ke tempat yang luar biasa. Begitu aku melewati
pintu masuk tersebut, beberapa anak tangga menyambutku untuk menuruninya. Saat
menuruni anak tangga inilah, pemandangan tak biasa akan terlihat. Tempat itu
dipenuhi oleh “semut-semut” yang duduk rapi di kursi yang telah tersedia.Berbagai gerobak dorong dengan beraneka tulisan warna-warni berjejer rapi.
Wangi makanan-makanan lezat tercium dari berbagai arah. Suara tawa dan canda
terdengar dengan jelasnya.Tempat ini sungguh jauh berbeda dari apa yang aku
bayangkan.
Itu kali pertama aku mengunjungi tempat yang oleh temanku
dibilang Pelangi bersama dengan ketiga orang temanku. Kesan
pertamaku saat berada di tempat tersebut adalah tempat itu sangat unik dan bagaikan
tempat makan rahasia. Tempat itu sangat terpencil.Tempat itu jauh dari kesan
mewah dan mahal. Bahkan tempat itu terkesan seperti pasar tradisional. Tempat makan itu juga lumayan bersih dan rapi.
Berbagai macam makanan dan minuman bisa kita nikmati di
sini seperti tahu telor, mie ayam, gado-gado, bakso, es campur, es degan dan
masih banyak lainnya. Harganya? Wah jangan tanya, terjangkau banget deh buat
para mahasiswa yang tak punya budget banyak. Karena harganya yang terjangkau
inilah tempat ini selalu ramai oleh mahasiswa UB. Tak hanya mahasiswa UB,
tempat ini juga sering dipenuhi oleh anak sekolahan.
Saat berkunjung ke sana aku memesan seporsi tahu telor
dan es campur. Kedua kuliner tersebut ternyata enak sekali. Harganya pun
terjangkau. Tempat tersebut juga cukup nyaman. Dengan dikelilingi oleh tanaman
hijau, suasana terasa seperti bukan di kota. Apalagi atapnya menggunakan daun yang
sepertinya daun kelapa, jadi serasa di desa deh. Hanya saja, karena lokasinya
tertup oleh terpal, udaranya terasa pengap dan sumuk . Apalagi sewaktu tempat ini sangat ramai, wah tambah sumuk deh... J
Ternyata di kampus sebesar Universitas Brawijaya, terdapat
sebuah tempat makan yang terpencil namun sangatlah istimewa. Di sanalah tempat
berkumpulnya “semut-semut” untuk menikmati berbagai hidangan lezat. Bagiku,
tempat tersebut sangat unik dan terasa seperti tempat makan rahasia. Hidangan
lezat dan harga terjangkau menjadi daya tarik Si Pelangi yang membuat “semut-semut” selalu datang ke sana. Apakah
pembaca tertarik untuk mengunjungi Si
Pelangi yang dipuja oleh “semut”?
Silahkan datang dan buktikan sendiri... JJJ
Comments
Post a Comment