Negara, 21 Januari 2012
Pernah gak sih kalian mempersiapkan keberangkatan kalian menuju ke suatu daerah dengan persiapan yang sangat tidak matang? Terutama persiapan keuangan yang sangatlah tidak cukup? Kalau gak pernah, alhamdulillah ya jangan sampe deh... kalau pernah mengalami seperti yang di atas, wah kalian sangatlah orang yang ceroboh...
Aku adalah salah satu orang yang pernah mengalami ketidakmatangan preparing segala hal sebelum keberangkatan menuju ke rumahku alias Pulau Bali. Dan ketidakmatangan itu membuatku merasa sebagai seorang “gelandangan” dalam arti yang sebenarnya yang akan pulang kampung. Catet “gelandangan”...
Entah goblokku lagi keluar atau emang keadaan yang tidak mendukung telah menyebabkan aku hanya mempersiapkan uang sejumlah Rp 112.600 untuk pulang ke Bali. Padahal kenyataannya butuh uang paling nggak Rp 200.000 untuk sekali jalan ke Bali. Apalagi ditambah sengan musim liburan seperti ini, bisa dipastikan aku membutuhkan uang lebih untuk mengantisipasi lonjakan harga tiket bus malam sekali jalan. Dan kegoblokanku mempersiapkan uang cuma segitu telah membuatku berurusan dengan ketidakmampuanku untuk beli tiket.
Jadi begini, awalnya aku beserta kedua temenku berencana naik armada bus berinisial “MI” #sorry demi keamanan pake inisial aja. Pas dateng ke petugasnya eh ternyata kursinya habis dibooking. Ya udah kita bingung deh mau naik apa, soalnya yang pas dikantong cuma bus itu doang. Ada sih bus lain yang murah, tapi sayangnya fasilitasnya jelek dan bikin mabok. Akhirnya kita diskusi mau naik apa. Salah satu temenku bilang biar dia yang urus sekalian cari temennya yang katanya mau ikut ke Bali. Nah pas temenku pergi, eh si petugas bus “MI” itu dateng dan bilang ada 3 kursi sisa lagi, yang 2 kursi itu ternyata dibatalin sama yang udah beli tiket. Ya udah, aku dan temenku satu lagi mau naik “MI”. Kebetulan kursinya juga di depan. Nah pas bilang ke temenku yang bilang mau urus soal bus, dia oke-oke aja kalau aku mau naik “MI”. Dia bilang kalau dia sama temennya mau naik bus “Z” aja. Akhirnya kami gak jadi pulkam bareng dan berpisah di Arjosari. Nah ini nih, pas udah fix naik “MI” dan udah mau bayar, ehh..ternyata kursi yang aku pengen gak jadi dibatalin sama yang udah pesen. Yah gak jadi deh naik “MI” dan terpaksa aku dan temenku harus cari bus lain.
Akibat hal itu, si petugas “MI” yang nawarin tiket ke aku jadi merasa bersalah #ceritanya. Dia berlaku selayaknya mau membantu mencarikanku tiket. Dan akhirnya bus “AM” jadi pilihan kami atas rekomendasi si petugas “MI” itu. Si petugas “MI” tadi bilang kalau harga semua tiket Rp 100.000, cuma kalau bus “AM” pake nambah Rp 10.000. Aku agak tenang soalnya kalau segitu aku masih mampu bayar sendiri. Eh... pas beli tiket dan mau bayar ke petugas “AM” ternyata harganya Rp 120.000 bukan Rp 110.000. heee Gila Apa!!! Uangku gak cukup!!! Aku kebingungan pas tahu harganya segitu. Untungnya ada temenku, alhamdulillah dia mau nambahin lagi Rp 10.000 buat beli tiket. Coba kalau gak ada temen, mungkin aku gak jadi ke Bali dan menetap di kos. Akibat tiket yang harganya segitu mahalnya, pada akhirnya aku pulang ke Bali dengan hanya berbekal uang sebesar Rp 2.600. Bisa kalian bayangkan bagaimana perasaanku?
Oke cerita belum selesai, kalian tahu gak aku dapet tempat duduk dimana? Tidak lain tidak bukan, aku duduk di belakang deket toilet. Whaatttt???? Bisa kalian bayangkan bagaimana rasanya duduk di sana dengan aroma khas toilet dan AC yang dingin? Sumpah aku pengen banget putar balik ke kos dan gak jadi pulang ke Bali. Tapi, karena udah terlanjur akhirnya aku tegarkan hati, menutup hidungku sambil menitikkan air mata dan meratapi betapa naasnya nasibku malam itu. Aku hanya bisa berharap semoga perjalananku baik-baik saja dan selamat sampai di rumah.
Gak berhenti sampe di situ, ternyata bad prepareku merecharge handphone jadulku yang tidak sampai full membuatku harus kehabisan daya baterai saat dimana aku sudah di Ketapang, Banyuwangi. Aku ya jelas bingung gimana harus menghubungi Bapakku buat minta jemput kalau udah nyampe di Negara. Bisa sih pinjem Hp temenku buat sms Bapakku. Tapi, aku udah cukup merepotkan dia dengan meminjam uang buat beli tiket. Aku gak mau ngerepotin dia lagi. Akhirnya aku nekad menggunakan jasa recharge hp yang ada di kapal ferry dengan hanya bermodalkan Rp 2.600. Yup, setelah bernego dengan si petugas yang ada di kapal ferry akhirnya aku jadi merecharge hpku yang benar-benar mati. Alhamdulillah.... terima kasih Ya Allah.... Sambil menunggu baterai hpku penuh, aku duduk-duduk di depan kedai yang ada di dalam kapal. Dan saat itu pula aku baru nyadar bahwa penumpang kapal menuju Bali sangatlah banyak. Huh...jeleme gen isin kapal to.... Aku menunggu, menunggu dan menunggu kapal ferry yang ku naiki merapat ke dermaga. Saat udah merapat hpku aku ambil dan aku cuma membayar sejumlah Rp 2.600 aja. Untung aja tu Bapak petugas baik banget. Dan akhirnya aku bisa menghubungi Bapakku lagi.
So, kesimpulan dari ceritaku di atas adalah GOOD PREPARE IS NEEDED WHEN WE ARE GOING TO OTHER PLACE. Persiapan yang bagus diperlukan saat kita pergi ke tempat lain. Dan IT’S BETTER IF WE ARE NOT ALONE WHEN WE GO TO OTHER PLACE. Jangan sendirian, supaya kalau ada masalah masih ada yang bisa bantu kita. Nah..semoga yang ku alami malam tadi adalah yang terakhir. Dan janga sampe kalian mengalami hal yang seperti itu. Apalagi buat yang berencana backpacker-an ke Bali. Persiapan yang bagus, tepat, aman dan matang sangatlah diperlukan!!
Comments
Post a Comment