Malang, 13 Oktober 2011
Setahun yang lalu ketika pertama kalinya aku datang ke FIB UB, sejenak aku takjub melihat begitu hijaunya rumput di tempat yang dinamakan “Green Grass”. Tempat ini berlokasi di depan Gedung FIB. Selain rumput yang hijau, di tempat ini juga terdapat banyak pohon palm yang tinggi dan besar. Pepohonan sejenis cemara juga menghiasi tempat nongkrong mahasiswa ini. Banyak burung, kucing dan sejenis kadal sering berkeliaran di tempat ini. Tempat ini bagai oase bagi mahasiswa untuk beristirahat sehabis kuliah, sebagai tempat untuk mengerjakan tugas dan melakukan hal lainnya.
GG yang masih hijau |
GG kini |
Rumputnya mati |
Kini setelah setahun berlalu, terdapat banyak perubahan yang terjadi pada tempat favorit mahasiswa ini. Rerumputan yang dulu masih terlihat begitu hijau, sekarang telah berubah kering dan berwarna kuning. Tanah yang dulu dipenuhi rumput hijau sekarang telah berubah menjadi tanah kering dan coklat. Banyak sampah yang berserakan dan banyak tanaman yang menjadi korban. Burung-burung dan kucing-kucing yang biasa berkeliaran di tempat ini, sekarang tak pernah terlihat lagi. Bunglon dan kadal yang biasa mengagetkan karena sering jatuh dari pohon palm sekarang malah jarang muncul. Kemana perginya mereka? Apakah mereka merasa terusir?
Apa pembaca tahu penyebab ini semua? Menurutku ini semua terjadi karena terlalu banyak manusia yang menempati tempat ini. Terlalu banyak sehingga tak ada ruang lebih untuk binatang yang biasa mendiami tempat ini. Terlalu banyak sehingga rerumputan tak mampu bertahan akibat terlalu sering diinjak dan diduduki. Terlalu banyak sehingga sampah yang dibuang ke tempat ini juga semakin banyak.
Mendengar kabar dari senior yang berkata bahwa “Green Grass” akan dijadikan sebagai lokasi parkir, aku agak kaget. Satu-satunya aset mahasiswa FIB untuk melepas penat akan benar-benar menghilang jika hal tersebut terealisasikan. Akan terlihat menyedihkan sekali jika melihat ribuan mahasiswa FIB tidak memiliki tempat untuk bersantai. Padahal “Green Grass” adalah satu-satunya aset yang masih tertinggal untuk mahasiswa FIB setelah beberapa aset lain seperti Wi-Fi Zone dan Kantin FIB dihancurkan untuk dijadikan lokasi pembangunan gedung baru. Ya, inilah kenyataan. Kenyataan dimana tidak ada tempat yang nyaman lagi di FIB.
Apakah ada solusi untuk permasalahan “Green Grass” ini? Aku yakin pasti ada! Semua dimulai dari diri sendiri. Berbagai pihak harus mulai menaruh perhatian pada kondisi “Green Grass” yang sudah tak cocok menyandang nama “Green”. Bagi yang mahasiswa, seharusnya kita jangan membuang sampah apalagi puntung rokok di “Green Grass”, kan udah ada tempat sampah yang tertonggok di depan “Green Grass” dan di depan GBS. Jalan dikit buat buang sampah gak apalah, itung-itung olahraga juga. Tolong jangan nyabutin rumput dan tanaman yang hidup di “Green Grass”. Kasihan mereka tuh, hidup segan mati tak mau. Fisik mereka jadi kerdil bahkan banyak yang mati gara-gara dicabutin daun dan batangnya. Untuk “Pihak ATAS” tolong dong dirawat bener-bener aset FIB ini. Juga tolong sediakan tempat bersantai lain untuk ribuan mahasiswa FIB ini. Tolong lebih perhatikan kami. Karena kamilah FIB masih ada. Kalau kami tak ada, FIB juga pasti menghilang.
Entah aku harus bersikap bagaimana untuk menyikapi ini semua. Aku hanyalah mahasiswi biasa yang tak punya cukup tenaga dan usaha untuk menyuarakan ini semua. Aku tak tahu apakah pembaca berpikiran yang sama denganku atau tidak. Tapi, aku harap kalian mengerti. Kondisi seperti ini jangan sampai terus berlanjut. Jika “Green Grass” akhirnya mati, akan terlihat betapa menyedihkannya FIB UB. Apakah pada akhirnya “Green Grass” akan menjadi “Black Grass”? Who knows......
waaah.. itu ada tasku.. :D masuk mind box.. keereeeenn.. XD nyaahahahah~
ReplyDeleteeaaa.......tasmu jadi model disitu rin...kebetulan warnanya sama ma rumput yang coklat...
ReplyDelete