Saat aku mengetik tulisan ini, jemariku terasa kaku. Di waktu-waktu tertentu bahkan aku tidak bisa merasakan tanganku. Hawa terasa dingin. Kemana-mana harus mengenakan baju tebal dan jaket. Saat angin bulan Oktober berhembus rasanya sekujur tubuhku bergetar dan gigiku bergemeletak. Jadi ini rasanya musim gugur? Iya. Inilah musim gugur pertamaku di benua Amerika,14.111 km jauhnya dari Indonesia.
Clear blue skies~ |
Fall is here at Indiana University Bloomington. |
Pepohonan yang tumbuh di Indiana University Bloomington sudah banyak yang berubah warna. Saat aku pertama datang ke kota kecil ini di bulan Agustus 2024 semua terlihat amat hijau. Matahari begitu terik dan udara terasa panas. Jadi rasanya tidak begitu berbeda dengan hari-hariku saat tinggal di pulau Bali. Begitu September 2024 berakhir secara perlahan perubahan itu terjadi. Dedaunan di ujung pepohonan tanpa ku sadari berubah warna menjadi kekuningan dan kemerahan. Mendekati akhir Oktober, pohon-pohon maple menyala merah dengan cantiknya. Kombinasi warna kuning, oranye, dan merah dedaunan di musim gugur memukai mata dari kejauhan. Daun-daun yang berguguran diterpa angin terdengar renyah saat kakiku menginjaknya. Hujan dan kabut tipis kadang datang tanpa diduga. Yang terburuk adalah saat hujan dan angin kencang menghantam kota. Apakah badai datang? Untungnya hanya cuaca buruk yang segera reda.
Sample Gate in the beginning of Fall |
Sample Gate on a rainy day in September |
Jadi bagaimana bulan kedua tinggal di Amerika Serikat berjalan? Alhamdulillah baik. Salah satu pencapaianku yang aku amat banggakan setelah tinggal di sini selama dua bulan adalah aku sudah bisa memasak. Walaupun hanya masakan sederhana seperti tumis, omelet, dadar jagung, dan gorengan, aku salut sama diriku sendiri. Memang benar ya kata orang-orang yang bilang bahwa ketika seseorang tinggal di luar negeri dia akan termotivasi untuk belajar masak salah satunya karena susah menemukan masakan dari negeri sendiri. Kini aku merasakannya juga. Mau bagaimana lagi? Tidak mungkin mau makan di luar walaupun hanya kantin kampus setiap hari. Uang sakuku tidak akan bertahan lama jika itu aku lakukan secara terus-menerus. Untuk masalah halal atau tidaknya sebenarnya mudah karena selalu ada pilihan vegan untuk sebagian besar makanan yang disajikan di kantin dan restoran. Ah tetap saja memasak makanan sendiri adalah pilihan terbaik! Kalian pasti tau kok manfaatnya. Iya kan?
Apa ini perasaanku saja ya? Aku merasa jiwa introvertku sesuai dengan Bloomington. Kota ini adalah kota kecil nan damai dimana pusat kesibukan lebih banyak terjadi di Indiana University Bloomington. Makanya Bloomington memiliki julukan “College Town”. Kampus IU lah yang menghidupkan perekonomian Bloomington. Kota ini tenang dan relatif aman walaupun setiap hari sirine mobil patroli dan ambulan beberapa kali terdengar. Katanya itu memang sudah menjadi prosedur ketika situasi darurat sekecil apapun terjadi. Aku memiliki pengalaman berkaitan dengan pihak kepolisian, pemadam kebakaran, dan petugas kesehatan Bloomington yang tidak akan pernah aku lupakan. Seumur hidup aku tidak pernah berurusan dengan pihak berwajib bahkan di Indonesia sekalipun. Baru dua bulan di Amerika Serikat beberapa petugas datang dengan sirine yang menyala dengan kencang dan hebohnya ke rumah yang aku dan teman-teman FLTA IU tempati. Beberapa tetangga di sekitar rumah kami terkejut dan melongokkan kepala berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana denganku dan teman-temanku? Apa yang sebenarnya terjadi? Mungkin cerita ini akan aku bagikan di kesempatan lain jadi selalu cek blog ini ya jika kalian penasaran.
Walaupun Bloomington tidak begitu ramai ternyata kota ini punya banyak event menarik. Apalagi kegiatan yang terkait dengan Indiana University Bloomington. Setiap minggu ada aja yang mereka adakan. Sebagai FLTA dari Indonesia dan bagian dari Southeast Asian and ASEAN Studies beberapa kali aku berpartisipasi dalam kegiatan culture sharing. Bersama dengan dua temanku yang juga pengajar dari ASEAN yakni pengajar Thai dan Burmese, kami membagikan berbagai hal-hal menarik kepada mahasiswa dan faculty kampus IU. Memang budaya dan tradisi dari Asia Tenggara tidak begitu terasa di kota ini. Tidak seperti budaya dari Asia Timur serta Asia Selatan yang memang sudah bisa terlihat dengan banyaknya restoran khas Asia Timur dan India di sekitar pusat kota dan mahasiswa internasional dari Cina, Jepang, Korea, dan India yang jumlahnya juga banyak. Tetapi selalu saja ada orang-orang yang datang ke meja kami dan berkata “Hey! I went to Indonesia last summer! I watched that Indonesian horror movie and it was really scary!” atau “Oh! I tried that Thai food on the other day! It was delicious!” Seruan-seruan tersebut aku anggap sebagai sinyal bahwa Asia Tenggara juga dikenal oleh mereka. Ada beberapa dari mereka memiliki ketertarikan dan kedekatan tersendiri dengan negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia. Bukankah ini adalah pertanda yang baik bahwa kita memiliki peluang untuk bisa menyebarkan berbagai hal menarik mengenai Indonesia dengan segala kekayaan budaya dan segala hal positif lainnya di level internasional? Buktinya saja banyak universitas top di Amerika Serikat membuka kelas Bahasa Indonesia. Kesadaran dan pemikiran ini telah meningkatkan kepercayaan diriku dengan peranku sebagai pengajar Bahasa Indonesia di Indiana University Bloomington. Indonesia juga gak kalah keren. Peranku di sini juga berarti lho!
First Thursdays event Oct 3, 2024 |
Lalu bagaimana dengan pengajaran BIPA di kampus Amerika Serikat? Pada awalnya aku sangat khawatir dan bingung. Aku tidak memiliki pengalaman mengajar Bahasa Indonesia bagi penutur bahasa asing sama sekali. Aku sempat menjalani berbagai training mengenai mengajar bahasa asing yang diadakan oleh Fulbright dan Indiana University Bloomington. Namun untuk bagaimana mengajar Bahasa Indonesia sendiri aku benar-benar memulai dari awal. Untungnya rekan-rekan sesama FLTA Indonesia sangat amat membantu. Kami sering berbagi strategi mengajar, bahan ajar, bahkan keluh kesah kami sebagai guru Bahasa Indonesia di negara asing. Selain itu, sumber-sumber belajar di kanal youtube juga amat menolongku di kala aku tidak tahu harus berbuat apa.
Untukku pribadi, aku amat bersyukur dengan pengalamanku berkarir sebagai guru Bahasa Inggris selama hampir satu dekade. Aku bisa dengan mudah beradaptasi menghadapi mahasiswa karena aku pernah berada di posisi mereka. Dengan peranku saat ini sebagai dosen aku bisa mencari solusi supaya mereka bisa belajar dengan efektif. Menurutku pribadi proses belajar mengajar terutama bahasa asing harus dinikmati supaya bisa berkelanjutan dan menuai hasil yang maksimal. Oleh karena itu selain membuat suasana belajar menyenangkan dan efektif dengan games dan kegiatan interaktif lainnya, aku berusaha untuk menyederhanakan target pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan kebutuhan mereka. Dengan metode scaffolding saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, secara bertahap mahasiswa bisa meningkatkan kemampuan mereka tanpa merasa frustasi dan kesulitan. Aku pikir apa yang aku lakukan berdampak positif. Aku perhatikan siswaku bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan sebagian besar dari mereka selalu hadir. Mereka bahkan sudah duduk rapi 5 menit sebelum aku sampai di kelas dan mempelajari kembali apa yang mereka sudah pelajari sebelumnya tanpa perlu diingatkan.
Merayakan Hari Batik secara sederhana bersama siswa BIPA IU level Intermediate |
Indiana University Bloomington sendiri selalu menekankan bahwa belajar bahasa asing harus konstektual dan realistis. Fasilitasi mahasiswa dengan target pembelajaran yang sudah pasti akan mereka gunakan saat mereka berinteraksi dengan orang lain dari negara asing, liburan ke negara tersebut, atau menjalankan riset. Belajar grammar memang dibutuhkan tetapi akan lebih baik jika kontekstual. Jadi enggak ada tuh yang belajar bahasa asing hanya fokus ke hafalan grammar. Dengan bekal ilmu dari pengalaman mengajar sekian tahun serta pelatihan dan kelas yang aku dapatkan dari IU, aku merasa jauh lebih percaya diri dan siap mengajar di kelas. Memang apa yang aku lakukan tidak selalu sempurna. Namun, ketidaksempurnaan itulah yang menjadi peluang bagiku untuk terus belajar dan menimba ilmu dari berbagai sumber untuk kebaikanku sendiri dan siswaku. Alhamdulillah setelah dua bulan mengajar Bahasa Indonesia di IU, aku tahu kemana harus berjalan.
Sudah dua bulan aku berada di Bloomington namun aku masih merasa aku belum terlalu aktif terlibat dalam berbagai kegiatan menarik terutama yang terkait dengan kebahasaan dan sastra. Ya aku memang sengaja untuk take it slowly in the beginning karena ada banyak sekali hal baru yang membuatku berusaha keras dalam beradaptasi. Sekarang setelah aku membangun rutinitas yang lumayan stabil aku berpikir aku akan mulai keluar dari zona nyaman dan mencoba berbagai hal baru yang menarik bagiku. InsyaAllah~
Comments
Post a Comment